Senin, 23 Juli 2007

Patil Nikmati Kemenangan
Simbol Besar bagi Wanita India

New Delhi, Minggu - Presiden perempuan pertama India, Pratibha Patil, menikmati kemenangannya. Para pendukung memuji kemenangan itu sebagai sebuah langkah maju yang signifikan bagi kaum perempuan di negara Asia Selatan itu.

Pengacara berusia 72 tahun itu mengalahkan Wakil Presiden Bhairon Singh Shekhawat dengan kemenangan telak hari Sabtu untuk jabatan kepala negara India, yang merupakan jabatan seremonial.

Para pendukung dan anggota Partai Kongres yang mendukung Patil berbondong-bondong mendatangi rumahnya di New Delhi, Minggu (22/7). Banyak dari mereka menggunakan serban berwarna cerah dan membawa bunga untuk merayakan kemenangan itu.

Setelah hasil diumumkan hari Sabtu lalu, para pendukung menari-nari dan menyalakan kembang api di jalan-jalan ibu kota, sementara Patil yang berseri-seri mengucapkan terima kasih kepada anggota parlemen federal dan negara bagian yang merupakan badan pemilih.

"Saya berterima kasih kepada para pemilih.... Saya berterima kasih kepada rakyat India, lelaki dan perempuan India," kata Patil, yang secara resmi akan mengambil alih jabatan pada 25 Juli, menggantikan Abdul Kalam.

Kekerasan

Analis dan pendukung menyebut kemenangannya sebagai sebuah langkah maju yang signifikan bagi kaum perempuan di sebuah negara di mana jutaan wanita menghadapi kekerasan, diskriminasi, dan kemiskinan.

"Kemenangan Patil merupakan kemenangan dengan nilai simbolis yang sangat besar" bagi kaum perempuan, kata analis politik Rasheed Kidwai. "Walau Patil tidak mempunyai kekuasaan besar, dia adalah kepala negara perempuan pertama."

Patil memenangi 65,82 persen suara yang diberikan oleh para anggota parlemen nasional dan negara bagian, kata PDT Achary, sekretaris jenderal parlemen. Dia mendapatkan dukungan Partai Kongres yang berkuasa dan sekutu-sekutu politiknya, dan sebelumnya Patil telah diperkirakan akan menang.

"Ini adalah saat-saat khusus bagi kita kaum perempuan, dan kaum lelaki tentu saja, di negara kita karena untuk pertama kalinya kita memiliki seorang perempuan yang terpilih menjadi presiden India," kata pemimpin Partai Kongres, Sonia Gandhi, yang memilih Patil dan merupakan salah satu dari orang-orang pertama yang memberi selamat kepada Patil.

Patil, Gubernur Negara Bagian Rajasthan di India utara, sebelumnya relatif tak dikenal secara politis. Dia dipilih oleh Sonia Gandhi, orang yang berkuasa dari Partai Kongres.

"Dalam tahun ke-60 kemerdekaan kita, untuk pertama kalinya, kita memiliki seorang presiden perempuan dan saya ingin berterima kasih pada mitra-mitra aliansi kami dan semua yang memberikan suara baginya," kata Gandhi.

Kodrat

Para sekutunya dari Partai Komunis sepakat dengan menambahkan bahwa Patil diharapkan akan menghilangkan anggapan yang meluas di India bahwa tempat atau kodrat seorang perempuan adalah di rumah.

"Kita hidup dalam sebuah masyarakat di mana masih banyak yang percaya bahwa tempat perempuan adalah di rumahnya," kata Brinda Karat, anggota politbiro Partai Komunis India.

"Di sini Anda mencoba membawa lebih banyak perempuan ke kehidupan publik dan kenyataan bahwa Anda memiliki seorang perempuan sebagai presiden negara ini adalah simbolis dari itu... dan aspirasi kaum perempuan untuk kesetaraan," kata Karat.

Walau India pernah memiliki beberapa perempuan dalam jabatan penting—yang paling terkemuka adalah Sonia Gandhi dan ibu mertuanya, Indira Gandhi, yang terpilih pada jabatan perdana menteri yang lebih berkuasa tahun 1966—kaum perempuan masih menghadapi diskriminasi.

Patil, yang berasal dari Negara Bagian Maharashtra di India barat, menampilkan citra konservatif dengan sarinya menutupi rambut. Ia berhasil melewati kampanye tuduhan dari oposisi Hindu nasionalis dan menjadi pemenang. Dia dituduh melindungi adiknya dalam sebuah penyidikan pembunuhan dan melindungi suaminya dalam sebuah skandal bunuh diri.

Berdasarkan konstitusi India, perdana menteri memiliki kekuasaan eksekutif, tetapi presiden memainkan sebuah peran dalam membentuk pemerintah di tingkat federal dan negara bagian.

Sebagai presiden, Patil diharapkan memimpin upaya memperkecil perbedaan di kalangan berbagai kelompok politik. (AFP/AP/DI)

Tidak ada komentar: