Kamis, 31 Januari 2008

Putri Kiko yang Membuat Seluruh Jepang Ceria



KOMPAS/ALIF ICHWAN /
Jumat, 25 januari 2008 | 04:01 WIB

Pieter P Gero

Seluruh Jepang sontak bersukacita pada 6 September 2006. Para politisinya lega. Sebuah debat krusial soal amandemen UU akhirnya batal. Kawashima Kiko, perempuan biasa yang dinikahi Pangeran Akishino, putra kedua Kaisar Akihito, pada 29 Juni 1990, yang menjadi perantara datangnya keceriaan bagi seluruh Jepang.

Pukul 08.27 pada 6 September itu, Putri Akishino atau populer dengan Putri Kiko melahirkan anak laki-laki. Anaknya yang ketiga, tetapi laki-laki pertama dalam lingkup Takhta Bunga Seruni Jepang setelah lebih dari empat dekade ini. Bocah laki-laki yang membuat cuaca cerah musim gugur pada Rabu pagi di Tokyo dan Jepang saat itu kian bersinar.

Harian The International Herald Tribune menulis, massa mengelu-elukan Putri Kiko yang harus menjalani operasi Cesar untuk melahirkan Pangeran Hisahito. Tidak ada yang keliru dari Putri Kiko di mata seluruh rakyat Jepang setelah lahirnya Pangeran Hisahito.

Dia langsung melejit menjadi model istri idola, ibu teladan, bahkan menjadi simbol keteguhan di Jepang. Perdebatan soal amandemen konstitusi yang memungkinkan perempuan bisa menjadi penerus Takhta Seruni terhenti. Padahal, PM Jepang saat itu, Junichiro Koizumi, bersiap dengan amandemen, sekalipun ditentang keras kelompok konservatif di istana.

”Dia riang, selalu senyum, dia sepertinya tidak pernah mengalami hal-hal menyedihkan,” ujar Jeff Kingston, Direktur Studi Asia pada Temple University di Tokyo. Kingston membandingkan Putri Kiko dengan Putri Masako, istri putra mahkota Naruhito yang sulit menyesuaikan diri dengan kehidupan istana. ”Putri Kiko sangat sempurna,” tegasnya.

Teman kuliah

Wajah ceria Putri Kiko selama sepekan terakhir ini muncul di media massa di Indonesia. Ibu tiga anak—Putri Mako (lahir 23 Oktober 1991), Putri Kako (29 Desember 1994), dan Pangeran Hisahito (6 September 2006)— yang sedang menemani suaminya, Pangeran Akishino, ke Indonesia (18-24 Januari 2008). Bagian dari perayaan 50 tahun hubungan Indonesia-Jepang.

Saat acara resmi, Putri Kiko berada beberapa langkah di belakang suaminya. Namun, saat acara lebih santai, Putri Kiko terlihat lengket, penuh senyum menggandeng lengan Pangeran Akishino. Masa pacaran yang relatif lama membuat Putri Kiko paham benar kapan Akishino sebagai pangeran dan kapan sebagai suami.

Pangeran Akishino dan Putri Kiko melewati masa pacaran selama lima tahun. Keduanya bertemu saat kuliah di Universitas Gakushuin di Tokyo pada tahun 1985. Setahun kemudian, Pangeran Akishino langsung mengajak Kawashima Kiko—nama asli Putri Kiko—untuk menikah.

Mereka pun serius pacaran. Namun, selama tiga tahun, keduanya tidak mengungkapkan rencana untuk menikah kepada siapa pun. Pertunangan pun berlangsung September 1989, dan pernikahan di Istana Kekaisaran di Tokyo 29 Juni 1990.

Perkawinan ini menciptakan beberapa sejarah dalam kekaisaran. Pertama kali pasangan pangantin masih kuliah. Perkawinan melangkahi putra mahkota Pangeran Naruhito yang baru menikahi Putri Masako tahun 1993.

Pengantin perempuan, Putri Kiko, berasal dari masyarakat biasa kelas menengah sama seperti ibu mertuanya. Putri Michiko, ibu Pangeran Akishino, juga dari warga biasa saat menikah dengan Kaisar Akihito pada 10 April 1959. Tetapi, Putri Kiko datang dari keluarga terpelajar dan cukup kaya.

Putri Kiko adalah anak sulung dari Kawashima Tatsuhiko, profesor geologi pada Universitas Gakushuin. Saat kecil acap kali dipanggil Kiki oleh teman-teman dan keluarganya. Masa pra- sekolah dilaluinya di AS saat ayahnya mengambil doktor di Universitas Pennsylvania.

Sekolah dasar dan SLTA dilaluinya di Vienna, Austria, saat ayahnya menjadi kepala riset di Laxenburg, Austria. Karena itu, Putri Kiko sangat lancar berbahasa Inggris dan Jerman. Sang putri juga menyandang gelar master psikologi pada Universitas Gakushuin tahun 1995.

Semangat belajar dari ayahnya membuat Putri Kiko terus kuliah saat hamil putri pertama dan kedua. Meski demikian, dia tetap menjalani tugasnya di lingkup istana. Dia kini menjabat sebagai presiden dari Asosiasi Antituberkolosis Jepang dan wakil presiden kehormatan Palang Merah Jepang.

Putri Kiko juga dikenal dengan keahliannya dalam bahasa isyarat, bagian dari kepeduliannya pada pengidap tuna runggu. Keahlian ini selalu dipraktikkan pada kontes tahunan nasional setiap Agustus. Putri Kiko mempelajari bahasa isyarat ini sejak dia masih pelajar.

Latar belakang psikologi dan ragam lingkungan kehidupan sejak di AS, Austria, dan Jepang membuat Putri Kiko lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkup istana. Masa pacaran yang panjang juga bagian lain yang membuat Putri Kiko tidak terlalu kaget dengan kehidupan serba kaku dan protokoler di istana. Dia dengan mudah menyesuaikan keadaan.

Majalah mingguan Bunshun pernah menulis, Pangeran Akishino dan Putri Kiko menerapkan kehidupan penuh keakraban dalam rumah tangga mereka. Putri Kiko yang menyediakan sendiri minuman buat sahabat-sahabat suaminya. Dia tidak menunggu pada pelayan istana yang ada. Dia juga yang menyediakan sendiri makanan dan perlengkapan dari putri-putrinya yang sudah beranjak remaja.

Sejak tahun 1997, Pangeran Akishino dan Putri Kiko dan anak-anaknya tinggal di Istana Akasaka di Motoakasaka, kawasan Minato, Tokyo. Putri Kiko kini punya tugas membimbing dan mendidik Pangeran Hisahito yang adalah pewaris nomor tiga Takhta Seruni itu.

Seperti biasanya, Putri Kiko selalu tampak ceria, penuh senyum, dan berupaya melewatkan hidup seperti apa adanya. Seperti kata Jeff Kingston, dia selalu senyum dan sepertinya tak pernah merasakan hal-hal sedih dalam hidupnya.

Melihat penampilan sederhana penuh ceria dari Pangeran Akishino selama di Indonesia, jelas hasil dari kehadiran Putri Kiko dalam kehidupan sang pangeran. Apalagi, setelah kehadiran si kecil Hisahito.

Samak, PM dengan Banyak Sisi



Samak Sundaravej
Rabu, 30 januari 2008 | 02:23 WIB

Budi Suwarna

Ada dua dapur yang akan diurus Samak Sundaravej dalam waktu dekat ini. Pertama, dapur acara masak-memasak yang ditayangkan televisi. Kedua, dapur pemerintahan Thailand.

Samak terpilih sebagai perdana menteri baru Thailand, Senin (28/1), dengan jumlah suara telak. Dia merebut 310 dari 480 suara di parlemen. Pesaing terdekatnya, Abhisit Vejjajiva, tokoh oposisi dari Partai Demokrat yang didukung militer, hanya meraih 163 suara.

Sebagai PM, Samak diharapkan bisa mengakhiri gonjang-ganjing politik yang mendera Thailand beberapa tahun terakhir ini, memulihkan demokrasi dan perekonomian pascakudeta militer. Namun, alih-alih memaparkan visi pemerintahannya ke depan, tokoh eksentrik ini lebih senang bicara mengenai rencananya untuk memulihkan acara masak-memasaknya di televisi, ”Tasting, Grumbling”.

Pernyataan pertamanya kepada wartawan setelah dia dipastikan terpilih adalah, ”Saya akan terus memasak!” Hal kecil seperti menjadi PM, lanjut Samak, tidak akan mengganggu hobinya memasak.

”Kami masih punya waktu tiga bulan untuk menyiapkan acara masak-memasak yang baru. Konstitusi tak melarang seorang perdana menteri membuat acara-acara televisi,” ujar Samak kepada wartawan di sebuah pasar di Bangkok, Senin, seperti dikutip Reuters.

Acara ”Tasting, Grumbling” yang diasuh Samak telah tayang di televisi selama tujuh tahun terakhir. Acara tersebut sangat digemari di Thailand, justru karena pengasuhnya tidak memasak sesuai selera kebanyakan orang. Jadi, setelah mencicipi masakan Samak, Anda boleh menggerutu. Namun, acara tersebut berhenti tayang setelah pemerintahan sementara bentukan militer mengambil alih stasiun televisi itu.

Banyak sisi

Samak memang tokoh yang unik dan eksentrik. Bisa dikatakan, banyak sisi menarik dari seorang Samak. Dia adalah juru masak, pembawa acara bincang-bincang di televisi, politisi, sekutu Thaksin, ketua partai, dan sekarang PM. Sosok ini kian menarik karena karakternya yang keras tetapi karismatik; suka bercanda dan berbicara blak-blakan berlidah tajam dan suka menyerang.

Ada satu peristiwa yang mungkin tidak akan dilupakan para wartawan Thailand. Suatu ketika, seorang wartawan menanyakan sebuah isu sensitif kepadanya. Samak dengan cuek menjawab, ”Apakah tadi malam kamu selingkuh?” Setelah itu, dia meninggalkan para wartawan yang hanya terdiam.

Samak lahir pada 13 Juni 1935 di Bangkok dari keluarga bangsawan. Dia menyelesaikan kuliahnya di bidang hukum dari Universitas Thammasat yang bergengsi. Dia mulai terjun ke dunia politik pada usia 30-an tahun dengan menjadi anggota Partai Demokrat tahun 1968.

Selanjutnya, Samak dekat dengan militer sehingga dia bisa menjadi ketua sebuah faksi sayap kanan. Tahun 1976 dia menjadi Wakil Menteri Dalam Negeri pada kabinet Seni Pramoj. Dia cepat menjadi tokoh terkenal setelah menahan sejumlah aktivis sayap kiri.

Tahun yang sama pada bulan Oktober, Samak ”naik pangkat” menjadi Mendagri pada pemerintahan Tanin Kraivixien yang antikomunis. Dia lalu melancarkan perburuan atas ratusan orang yang diduga anggota organisasi sayap kiri, termasuk para penulis dan intelektual. Ada di antara mereka yang dibunuh.

Sikap keras Samak tadi membuat dia kehilangan kepercayaan sebagai seorang demokrat. Samak lantas meninggalkan partai itu tahun 1976 dan membentuk Partai Prachakorn Thai tahun 1979. Tahun itu juga partai Samak mengalahkan Partai Demokrat di Bangkok dengan merebut 29 dari 39 kursi parlemen.

Tahun 1992, Prachakorn Thai memberi dukungan kepada pemerintahan militer Jenderal Suchinda Kraprayoon yang memimpin kudeta berdarah 1991 dan bersikap keras terhadap para aksi prodemokrasi. Sebagai imbalannya, Samak menduduki jabatan Wakil PM. Namun, jabatan itu tidak lama digenggam. Pemerintahan Suchinda runtuh setelah terjadi demonstrasi berdarah di Bangkok.

Meski pemerintahan Suchinda berakhir, Samak tetap mempertahankan karier politiknya. Tahun 2000 dia memenangi jabatan Gubernur Bangkok. Namun, popularitasnya turun karena dituduh korupsi.

Ketika Thaksin berkuasa, dia sempat menduduki jabatan Wakil PM. Di akhir kekuasaan Thaksin tahun 2006, Samak menjadi senator. Setelah itu, dia jatuh bersama dengan jatuhnya pemerintahan Thaksin.

Ketika itulah Samak ”mentransformasi diri” dari seorang pendukung militer menjadi lawan militer. Dari seorang yang anti aktivis prodemokrasi menjadi politisi yang berteriak menuntut militer mengembalikan demokrasi.

Untuk hal ini, dia sempat berkata, ”Prinsip-prinsip bisa berubah tergantung situasi. Dulu begitu, sekarang bisa begini.”

Samak dan sekutu Thaksin lantas mendirikan PPP. Partai itu menjual romantisme kekuasaan Thaksin yang memberikan kredit lunak, layanan kesehatan dan pendidikan murah kepada kaum miskin di desa-desa. Mereka berjanji akan membawa pulang Thaksin.

Jurus itu ampuh. PPP menang telak pada pemilu 23 Desember 2007. Samak dan sebagian gerbong kekuasaan Thaksin pun kembali berkuasa sekaligus menenggelamkan kekuatan militer yang mengudeta Thaksin.

Rabu, 09 Januari 2008

Surin Pitsuwan, Sekjen ASEAN


Rakaryan Sukarjaputra dan Simon Saragih

Mungkin bisa dikatakan, Surin adalah figur unik dan mumpuni. Ia Muslim, intelek, dan terbiasa bergaul dengan Barat, serta terbiasa dengan profesi sebagai diplomat. Maklum, ia adalah Menteri Luar Negeri Thailand 1997-2002. Sebagai pejabat Sekretaris Jenderal ASEAN yang baru, Surin memiliki kapasitas yang memadai.

Thailand adalah negara dengan dominasi penduduk Buddha. Bagian selatan negara itu didominasi etnis Melayu Thailand yang secara ekonomi relatif tertinggal. Namun, tidak demikian halnya dengan Surin Pitsuwan, Muslim asal Provinsi Pattani.

Karena kecerdasannya dia mendapat beasiswa untuk belajar di SMA di Minnesotta, AS. Demikian pula saat kuliah, ia mendapatkan beasiswa dari AS. Namun, untuk memutuskan menerima beasiswa tersebut, pria yang kini menjadi suami Aliya Ariya itu harus menghadapi proses rapat keluarga.

Ada yang menentang karena khawatir suatu saat Surin akan kehilangan imannya. Ketika lahir di sebuah pesantren (di Thailand selatan disebut sebagai pondok), Surin diberi nama Abdul Halim bin Ismael. Persisnya ia lahir di kompleks madrasah. Ia juga dibesarkan di pesantren, dengan nilai-nilai Islam yang kuat sehingga pemikirannya di bidang Islam sampai saat ini masih kuat.

Namun, Surin akhirnya berangkat juga ke AS karena didorong para tetua beraliran moderat. Dorongan kaum moderat itulah yang kemudian membuat Surin seperti menapaki karier cemerlang, yang jarang dinikmati Muslim Thailand.

Ia tidak saja lulus dari Harvard University, tetapi kemudian juga berhasil menduduki jabatan Menteri Luar Negeri Thailand periode 1997-2002.

Kini ia memiliki jabatan baru, yakni sebagai Sekretaris Jenderal ASEAN sejak 1 Januari 2008. Pada hari Senin (7/1), acara serah terima jabatan berlangsung dari sekjen lama Ong Keng Yong kepada Dr Surin Pitsuwan.

Di lingkungan ASEAN, nama Surin sudah tak asing lagi. Ia bukan saja pernah menjadi Menteri Luar Negeri Thailand, tetapi Surin juga pernah menjadi salah satu kandidat Sekjen PBB untuk menggantikan Kofi Annan. Jabatan itu akhirnya jatuh pada Ban Ki-moon.

Pencalonannya sebagai Sekjen ASEAN untuk masa jabatan lima tahun (Januari 2008-Desember 2012) mendapat dukungan mutlak dari semua negara ASEAN. Torehan prestasinya di ASEAN memang tidak sedikit. Ia antara lain terlibat dalam upaya mewujudkan perdamaian di Aceh. Ia juga pernah meyakinkan Uni Eropa agar tetap menjalin hubungan baik dengan ASEAN setelah Myanmar diterima sebagai anggota ASEAN.

Berpendidikan Barat

Doktor ilmu politik lulusan Harvard University (1982) ini lahir 28 Oktober 1949 di Nakorn Sri Thammarat, Thailand selatan. Surin menempuh pendidikan dasar dan menengah di kotanya. Kemudian dia mendapat jalan untuk berkiprah lebih maju setelah memperoleh beasiswa pertukaran pelajar American Field Service (AFS).

Ia pun kemudian menempuh pendidikan SMA di Minnesotta, AS, tahun 1967-1968. Surin lalu kembali ke Bangkok dan menjalani dua tahun pendidikan tinggi di Thammasat University.

Ia kemudian mendapatkan lagi beasiswa dari Claremont Men’s College, California, untuk menyelesaikan pendidikan sarjana. Dari lembaga ini ia lulus dengan predikat cum laude di bidang ilmu politik pada 1972.

Surin kemudian meneruskan studi di Harvard University, Cambridge, Massachusetts, lagi-lagi karena beasiswa dari Winston S Churcill Association and Rockefeller Foundation Fellowships. Ia mendapatkan gelar MA pada 1974 dan kemudian gelar doktor pada 1982 di bidang ilmu politik, khususnya studi Timur Tengah.

Setelah itu Surin mengajar di Fakultas Ilmu Politik di Thammasat University antara 1978-1983 dan 1984-1986. Di antara dua periode ini, dia pernah berkiprah di Konferensi Senat Partai Republik (1984) sekaligus mengajar di American University, Washington DC, pada tahun yang sama.

Kembali ke daerah

Surin tidak saja berprofesi sebagai akademisi ilmu politik. Ia ingin menjadi politisi sekaligus. Untuk itu dia memutuskan masuk ke panggung politik praktis. Ia berusaha mendapatkan kursi parlemen mewakili kota asalnya, dan upaya itu berhasil.

Sejak mulai menjadi anggota parlemen pada 1986 hingga saat ini, Surin tercatat telah duduk di parlemen untuk delapan kali masa jabatan berturut-turut. Sebagai anggota parlemen, dia pernah ditunjuk sebagai sekretaris Ketua DPR yang ketika itu dijabat Chuan Leekpai.

Dia juga ditunjuk sebagai Wakil Menteri Luar Negeri Thailand pada 1992-1995 dan kemudian Menteri Luar Negeri.

Selepas dari jabatan Menteri Luar Negeri, Dr Surin ditunjuk menjadi salah seorang anggota Commission on Human Security PBB hingga 2003. Kariernya di beberapa badan dunia PBB cukup beragam. Terakhir dia adalah anggota Badan Penasihat Human Security Trust Fund dan Badan Penasihat the International Crisis Group (ICG). Di bidang politik, Surin pernah menjadi Wakil Ketua Partai Demokrat Thailand.

Rekonsiliasi

Di antara sederet jabatan dan peran yang pernah ia pangku, Surin juga pernah menjadi anggota Komisi Rekonsiliasi Nasional. Komisi ini memang dibentuk khusus untuk mewujudkan perdamaian dan keamanan di wilayah selatan Thailand, yang bergolak kembali sejak Januari 2004.

Ia pas dengan posisi itu, sehubungan dengan pengalaman berhubungan lintas budaya, lintas agama, dan lintas benua. Misalnya, ia pernah berdialog dengan Rabbi Schneider (pemikir Yahudi asal New York) dan Hans Kung, profesor bidang pemikiran Katolik asal Swiss.

Menjadi Muslim bukan berarti hambatan baginya berhubungan dengan siapa pun. Surin dengan jelas mengatakan bahwa Muslim di Asia Tenggara tergolong beraliran moderat, fleksibel, dan relatif lebih mampu beradaptasi.

Sebagai contoh, Surin merujuk pada posisi wanita Muslim di Asia Tenggara yang turut berkarya.

Lebih jauh dia mengatakan bahwa Islam juga bisa memberi inspirasi kepada siapa pun untuk menjadi seorang demokrat, memberi inspirasi bagi sebuah kelompok masyarakat untuk bertindak demokratis.

Namun sebaliknya, pihak lain pun dia harapkan mengerti dan memahami Islam, demi terciptakan kesadaran global soal sivilisasi.

Dengan segala pengalaman dan pemikiran ini, tentu menjadi Sekjen ASEAN tidak akan menjadi hal sulit baginya.

Rabu, 02 Januari 2008

Erry Firmansyah, Masih Punya Banyak PR


Joice Tauris Santi

Rabu (2/1) ini merupakan hari perdana perdagangan saham Bursa Efek Indonesia tahun 2008. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dijadwalkan membuka perdagangan saham perdana itu.

Seremoni mengundang para pejabat negara ke lantai bursa sudah dimulai sejak 2004 dengan kunjungan Presiden Megawati Soekarnoputri untuk menyaksikan langsung pembukaan perdagangan perdana saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang sebelumnya bernama Bursa Efek Jakarta (BEJ).

Pembukaan kali ini lebih istimewa karena merupakan perdagangan perdana bursa baru. BEI merupakan penggabungan Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya dan baru efektif awal Desember 2007. Pada hari ini juga akan diresmikan logo baru dari bursa baru itu, yang merupakan hasil dari 4.000 usulan logo.

Salah seorang yang turut membidani lahirnya bursa baru adalah Erry Firmansyah, Direktur Utama BEJ dan saat ini menjabat Direktur Utama BEI. "Bursa baru ini lebih banyak tantangannya karena lebih banyak produk. Lihat rambut putih saya, rasanya bertambah banyak," ujarnya.

Produk BEI lebih banyak karena memang kedua bursa memiliki "barang dagangan" berbeda. BEJ dengan sahamnya dan BES dengan obligasinya. Ayah dari dua anak ini mengatakan, kesibukannya itu membuatnya sudah satu tahun tidak dapat menyalurkan hobi memancing di laut lepas.

Penggabungan kedua produk utama bursa serta peningkatan harga saham dan obligasi sepanjang tahun 2007 menggelembungkan kapitalisasi pasar bursa menjadi lebih dari Rp 2.500 triliun, jauh melebihi simpanan dana pihak ketiga perbankan yang per Agustus Rp 1.400 triliun.

Dana masyarakat sekarang lebih banyak tersedot ke pasar modal dibandingkan ke perbankan. Maklum, tingkat suku bunga tabungan dan deposito makin menciut, sementara imbal hasil di pasar modal lebih menjanjikan walaupun risikonya jauh lebih tinggi.

Bukan orang baru

Erry bukan orang baru di lingkungan pasar modal. Setelah lulus sarjana akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tahun 1981, ia sempat bekerja sebagai akuntan pada kantor akuntan Drs Hadi Sutanto. Selanjutnya pindah ke Grup Lippo dan menjadi direktur tahun 1998.

Setelah berkiprah sebagai pengurus emiten—perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa—Erry kemudian menjadi regulator dari para emiten dengan menjadi Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia.

Ajang pemilihan direksi BEJ diikutinya tahun 2002. Akhirnya, ia terpilih sebagai Dirut BEJ menggantikan Mas Achmad Daniri, hingga dua periode jabatan. Pada masa transisi bursa hasil penggabungan ini, Erry Firmansyah terpilih kembali dalam jajaran direksi pertama BEI.

Pembicaraan mengenai pasar modal juga tidak jauh dari kehidupan Erry dan keluarga besarnya. Erry bukanlah satu-satunya di keluarga Firmansyah yang menjabat sebagai direktur sebuah perusahaan.

Adiknya, Rinaldy Firmansyah, adalah Direktur Utama PT Telkom Tbk yang merupakan emiten berkapitalisasi pasar terbesar di BEI. Adiknya lagi, Evi Firmansyah, baru saja dilantik sebagai Wakil Direktur Utama Bank Tabungan Negara (BTN).

"Selain mereka, ada kakak saya yang menjadi dosen," katanya. Beberapa tahun lalu, Telkom yang juga tercatat sahamnya di Bursa Efek New York terlambat menyampaikan laporan keuangannya, yang merupakan kewajiban emiten. "Ketika ketemu Rinaldy di rumah, saya tanya kenapa laporan keuangan bisa terlambat," ujar Erry.

Pada saat itu Rinaldy merupakan direktur keuangan Telkom. Apa juga bertanya tentang aksi korporasi?

"Wah…, tentu tidak, tidak boleh. Itu namanya insider trading," katanya. Di pasar modal ada aturan ketat yang menyatakan, pihak-pihak terafiliasi dengan emiten dan mengetahui informasi orang dalam dan menggunakan informasi tersebut untuk bertransaksi saham dapat dikenakan sanksi.

Sanksi dapat berupa pidana atau denda cukup besar, maksimal Rp 15 miliar. Pihak terafiliasi termasuk anak, istri, suami, kakak, atau adik.

Menurut Erry, tidak ada resep khusus dari orangtua yang menjadikan anak-anak dalam keluarga Firmansyah memiliki karier cemerlang. Ibunya mendidik mereka biasa saja seperti kebanyakan keluarga lainnya. "Kalau saat belajar ya harus belajar, kalau waktunya main ya boleh main," katanya.

Sang bunda, Hajjah Hasniar, yang lahir di Solok 17 April 1929, baru saja menghadap Penciptanya 12 Desember lalu pada usia 78 tahun. Erry menghabiskan masa kecilnya di daerah Jalan Ciawi, Kebayoran Baru. Ketoprak Ciragil yang tak jauh dari rumahnya merupakan makanan favoritnya.

Sebagai orang yang mengetahui seluk-beluk pasar modal, Erry juga memanfaatkan imbal hasil tinggi di pasar modal dengan berinvestasi pada reksa dana. Direksi dan karyawan BEI dan badan regulator lainnya dilarang berinvestasi langsung pada saham karena berpotensi benturan kepentingan antara fungsi sebagai regulator dan investor.

Bursa merupakan garis depan regulator yang mengetahui sepak terjang emiten, baik aksi korporasi maupun aksi buruk. "Istri saya yang mengatur investasi keluarga pada reksa dana," ujarnya. Sementara almarhumah ibunya, menurut Erry, secara konservatif berinvestasi pada emas.

Target investor

Semakin banyak keluarga yang berinvestasi di pasar modal merupakan salah satu program kerja Erry sejak ia menjabat Dirut BEJ tahun 2002. Targetnya tidak muluk-muluk, hanya 2 juta investor perorangan hingga akhir 2008.

Namun, pada kenyataannya, beberapa tahun sudah berlalu, tapi angka itu belum tercapai. Ternyata tidak mudah menjaring 2 juta orang.

Belakangan, optimisme Erry meningkat seiring banyaknya produk pasar modal yang dapat diakses investor perorangan dengan nilai minimal investasi rendah.

"Saya berani klaim, saat ini jumlah investor perorangan mencapai satu juta orang. Itu termasuk yang berinvestasi pada saham langsung, membeli obligasi melalui Obligasi Ritel Negara Indonesia (ORI), atau secara tidak langsung melalui reksa dana atau unitlink asuransi," ujarnya.

Jumlah 2 juta orang ini tentu sangat kecil jika dibanding total penduduk yang mencapai lebih dari 220 juta orang. Membaiknya kinerja pasar modal sering dituduh tidak menyumbangkan apa-apa terhadap sektor riil. Erry menampik anggapan ini.

"Orang dengan gampang bilang indeks tumbuh, tapi sektor riil tidak tumbuh. Tapi, kita lihat sekarang, berapa belanja modal Telkom, berapa belanja modal Astra. Lihat saja berapa banyak orang yang memakai hand phone, berapa banyak kios penjual pulsa menjamur. Tempat cuci motor tumbuh, bengkel juga tumbuh. Itu semua sektor riil," katanya.

Emiten di BEI hanyalah 340-an dibandingkan ribuan perusahaan yang belum masuk bursa. "Jangan dikatakan bisa langsung menunjukkan pertumbuhan sektor riil. Pertumbuhan sektor riil dari pasar modal pasti ada, tapi jika indeks tumbuh 50 persen tidak mungkin sektor riil tumbuh 50 persen juga," katanya lagi.

Tahun ini, indeks saham melesat 52 persen. Erry juga tidak ingin menggantungkan perkembangan pasar modal dengan peningkatan jumlah emiten, melainkan dengan mengeluarkan produk-produk derivatif. Pengalaman pahit sudah dirasakan, sukarnya mengembangkan produk derivatif seperti kontrak opsi saham dan indeks LQ 45 Futures.

"Ketika produk derivatif diluncurkan, perusahaan sekuritas anggota bursa awalnya memiliki komitmen. Karena saham tumbuh signifikan, sekuritas tidak mau pusing berusaha mensosialisasikan derivatif ke nasabah," keluhnya. Selain itu juga ada dikotomi bursa mana yang boleh mengeluarkan produk derivatif, BEJ atau BES.

"Sehingga kita gamang dan rebutan pasar. Akhirnya tidak 100 persen total untuk produk itu. Selain itu juga komitmen dari perusahaan efek anggota bursa serta sosialisasi yang akan kita perbaiki ke depannya," ujar Erry menyampaikan pekerjaan rumah yang harus dia selesaikan.

Biodata:

Nama: Erry Firmansyah

Tempat/Tgl Lahir: Bandung, 18 September 1955

Pendidikan formal: Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia

Riwayat pekerjaan:

- Maret 2002-sekarang: President Director Jakarta Stock Exchange

- Oktober 1998-Maret 2002: President Director Indonesian Central Securities &
Deppository

- 1995-1998: Executive Director PT Lippo Land Development

- 1993-1998: Executive Director PT Lippo Cikarang

- 1992-1997: Director PT Aon Indonesia

- 1991-1992: Senior Vice President Lippo Group

- 1990-1991: Vice President/Finance Director Lippo Group PT Lippo Land
Development

- 1985-1990: Senior Manager PT Sumarno Pabottinggi Mgt

- 1984-1985: Finance & Accounting Manager PT Dwi Satya Utama

- 1982-1984: Auditor di Drs Hadi Sutanto Office