Senin, 10 Maret 2008 | 00:42 WIB
Cukup sudah mengeluh. Sekarang saatnya untuk bertindak. Begitulah tekad Nurul Izzah Anwar, putri sulung mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. Tekad itu pula yang mengantar dia memenangi kursi parlemen sebagai wakil Partai Keadilan Rakyat di daerah pemilihan Lembah Pantai, Kuala Lumpur, dalam pemilu Sabtu (8/3).
Inilah debut Nurul Izzah di kancah politik Malaysia. Dia mengawali dengan kemenangan pada pemilu parlemen yang tidak disangka-sangka.
”Saya sendiri tidak mengira akan menang karena media (Malaysia) begitu gencar memberitakan kekalahan saya. Saya menunggu hingga pukul 02.15 untuk memastikan kemenangan saya,” kata Nurul di kediamannya di kawasan Bukit Segambut, Kuala Lumpur, Minggu.
Nurul menang dengan perolehan 2.895 suara, mengalahkan kandidat dari Barisan Nasional yang berkuasa, Shahrizat Abdul Jalil, yang juga Menteri Urusan Perempuan dan Keluarga.
Nurul menjadi anggota termuda parlemen Malaysia yang terpilih pada pemilu tahun ini. Usianya baru menginjak 28 tahun. Dia juga baru saja melahirkan bayi perempuan, Nur Safiyah. Namun, Nurul tidak khawatir dengan semua itu.
”Seperti yang telah saya lakukan selama kampanye dalam 13 hari terakhir. Saya berusaha membagi waktu sebaik-baiknya untuk kampanye dan untuk anak saya. Alhamdulillah, semua berjalan dengan lancar,” tutur perempuan kelahiran November 1980 ini.
Menjadi politisi seperti sekarang memang bukan keinginannya sejak kecil. Sebagai anak politisi, Nurul justru tertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan teknik elektronika. Dia mengantongi gelar sarjana teknik elektro dari Universiti Tenaga Malaysia. Nurul juga mendapat gelar master hubungan internasional dari Universitas John Hopkins, AS.
Baru setelah sang ayah dipecat dan dipenjarakan, dia mulai membuka mata terhadap persoalan politik dan hak asasi manusia. Dengan didampingi sang ibu, Wan Azizah Wan Ismail, dia mulai menekuni dunia ayahnya. Wan Azizah kemudian juga terjun ke dunia politik dan kembali menang tahun ini sebagai anggota parlemen di daerah pemilihan Permatang Pauh, Penang.
”Bagi saya, ayah memberikan pengaruh sangat besar. Dia seorang yang berkarisma. Berkat beliaulah kami bisa belajar memberi ruang bagi teguran dan kritik,” ujar Nurul.
Dari sang ibu, Nurul belajar untuk menjadi perempuan yang bertanggung jawab terhadap keluarga, masyarakat, dan negara. ”Ibu saya adalah superwoman. Dalam masa-masa sulit saya untuk membagi waktu antara menjadi ibu dan menjadi kandidat parlemen, ibu selalu mendampingi saya,” ujarnya.
”Inilah pesan saya bagi kaum muda Malaysia. Sebagai perempuan, kita tetap bisa memberikan bakti kepada masyarakat. Tetapkan pilihan dan mulailah memberikan peran kepada masyarakat,” kata Nurul.
Bukan balas dendam
Bersama sang ibu, Nurul akan memperjuangkan hak-hak warga Malaysia yang belum mereka terima. Dalam kampanyenya, Nurul mengedepankan isu kenaikan angka kriminalitas, perumahan rakyat yang tidak memadai, kesehatan rakyat kecil yang kurang mendapatkan perhatian, sistem pendidikan yang lemah, kenaikan harga barang kebutuhan sehari-hari, dan korupsi.
Nurul juga menyuarakan harmoni antaretnis dan kesetaraan yang harus dinikmati seluruh rakyat Malaysia.
”Saya akan segera bekerja dengan tim saya dan mengatur strategi untuk mengatasi semua persoalan itu. Saya mengajak semua pihak, termasuk Barisan Nasional, untuk bekerja sama. Ini bukan waktunya untuk balas dendam,” ujar Nurul, yang juga aktif sebagai anggota Forum Pemimpin Perempuan Antarbudaya yang berbasis di AS. Selangkah demi selangkah, lanjut Nurul, persoalan itu akan dibawa ke parlemen untuk diselesaikan.
Tidak mudah memang, kata Nurul. Namun, dia akan berjuang dengan dukungan para pemilihnya.
Nurul menampik pendapat bahwa dia menang untuk mengamankan kursi bagi sang ayah dan membuka jalan bagi Anwar masuk kembali ke kancah politik. Dia juga mengatakan tidak gentar di tengah orang-orang yang akan selalu membandingkan kiprahnya dengan kiprah kedua orangtuanya.
”Barangkali orang datang ke kampanye saya karena ada Anwar Ibrahim di sana. Namun, saya percaya saat mereka pulang, mereka akan mengingat dan mengenali saya. Saya memiliki cara saya sendiri,” ujarnya mantap.
Nurul semakin mantap melangkah karena dukungan sang suami, Raja Ahmad Shahrir. Suami Nurul yang bekerja sebagai konsultan menjadi teman diskusi setianya untuk menentukan langkah-langkahnya sebagai kandidat anggota parlemen.
Kini, saatnya membuktikan tekad bulat yang dibawa Nurul ke kursi parlemen. ”Izinkan saya menjadi agen perubahan bagi Anda semua. Biarkan saya membantu memberikan warisan yang lebih baik bagi anak-anak kita. Kita bisa melakukan sesuatu. Kita bisa membuat perbedaan,” kata Nurul. (Fransisca Romana Ninik, dari Malaysia)
1 komentar:
tahniah.. smg setiap perubahan di negara anda bisa berpengaruh positif bagi jiran2nya.. ditunggu konsistensi dan istiqomahnya...
Posting Komentar