Rabu, 29 Oktober 2008

Tantawi Jauhari, Motivator Umat Dalam Penguasaan Ilmu

By Republika Contributor
Rabu, 15 Oktober 2008 pukul 12:51:00

Dikenal sebagai seorang cendekiawan Muslim asal Mesir, dia kesohor terutama karena kegigihannya dalam gerakan pembaruan untuk menumbuhkan motivasi umat Islam terhadap penguasaan ilmu pengetahuan. Tantawi Jauhari mendapat julukan 'musafir ilmu' lantaran keluasan ilmu yang dimiliki.

Berasal dari keluarga petani sederhana di wilayah al-Ghar, Tantawi yang lahir tahun 1870 mengawali pendidikannya di kota kelahirannya tersebut. Kepada anak-anaknya, orangtua Tantawi menginginkan mereka dapat tumbuh menjadi orang terpelajar. Oleh karenanya setelah menyelesaikan pendidikan menengah atasnya, dia dikirim untuk melanjutkan belajar ke universitas al-Azhar di ibukota Kairo.

Ketika menimba ilmu di universitas terkemuka tersebut, dia berkesempatan bertemu dengan tokoh pembaharu, Muhammad Abduh. Tokoh ini kemudian memang mampu memberikan pengaruh besar bagi pemikiran dan keilmuan Tantawi, khususnya pada bidang ilmu tafsir. Setelah itu dia melanjutkan belajarnya ke Darul Ulum dan mampu menyelesaikan pendidikan di sana tahun 1893. Akan tetapi Tantawi merasa kurang puas dengan program belajar yang diberikan, utamanya ilmu tafsir, yang antara lain dikarenakan bimbingan dari Muhammad Abduh sebelumnya hingga membuat dia memiliki cakrawala pemikiran yang luas.

Meski begitu Tantawi tetap bertekad menyelesaikan studinya tersebut. Setelah beberapa tahun kemudian, dia pun berhasil tamat pendidikan di Darul Ulum untuk selanjutnya berkiprah sebagai tenaga pengajar. Dia tercatat pernah menjadi guru di madrasah ibtidaiyah dan tsanawiyah dan kemudian sebagai dosen pada almamaternya, yakni Universitas Darul Ulum. Dan lantas tahun 1912 diangkat menjadi dosen di Al-Jamiah Al-Misyriyah pada mata kuliah falsafah Islam.

Di samping mengajar, layaknya seorang cendekiawan dia pun terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Hal itu dilakukan dengan membaca buku-buku serta dari artikel di majalah dan surat kabar. Selain itu pula berbagai seminar maupun pertemuan ilmu pengetahuan tidak ketinggalan dihadiri. Bidang ilmu yang menjadi fokus perhatiannya adalah ilmu tafsir. Namun dia pun mengikuti pula ilmu fisika, ilmu yang menurut pandangannya dapat menangkal kesalahpahaman yang kerap menuding Islam sebagai agama yang menentang ilmu dan teknologi modern.

Bertahun-tahun lamanya segala perhatian dicurahkan untuk meningkatkan kepedulian umat terhadap pentingnya meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui penguasaan ilmu pengetahuan. Gagasan serta pemikirannya lambat laun mulai diperhitungkan dan menjadikannya masuk dalam jajaran pemikir Islam terkemuka. Setidaknya ada tiga hal yang patut dicatat dari Tantawi Jauhari. Pertama, obsesinya untuk memajukan daya pikir umat; kedua, pentingnya ilmu bahasa dalam menguasai idiom-idiom modern, dan ketiga; pengkajiannya terhadap Alquran sebagai satu-satunya kitab suci yang memotivasi pengembangan ilmu.

Dengan begitu dapat dipahami mengapa Tantawi semasa hidupnya begitu menentang bidah dan taklid. Sebab menurutnya, kedua hal tersebut akan dapat menyeret umat ke jurang kebodohan dan keterbelakangan. Sebaliknya tokoh ini begitu bersemangat untuk memajukan daya pikir umat, menjauhkan dari kebekuan berpikir sekaligus membangun kesadaran akan pentingnya menguasai ilmu pengetahuan modern. Sehingga untuk memajukan ilmu pengetahuan di kalangan umat, maka didesaklah pemerintah agar lebih banyak membangun sekolah-sekolah, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.

Dalam banyak kesempatan, hal yang kerap dikemukakan terkait harapannya tadi adalah perlunya penguasaan bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Karena dia berpendapat, secara garis besar, ilmu pengetahuan terbagi dua yakni ilmu bahasa dan selain bahasa. Tantawi menyatakan bahwa ilmu bahasa memegang peranan signifikan dalam sebuah studi, sebab ia merupakan alat untuk menguasai beragam bidang ilmu.

Pada bagian lain, Tantawi pun membina studi Alquran, yakni guna membuktikan bahwa kitab suci umat Islam itu adalah satu-satunya kitab suci yang memotivasi pengembangan ilmu. Karena dalam pandangannya, Alquran senantiasa menganjurkan kepada umat Muslim untuk menuntut ilmu dalam arti seluas-luasnya. Pernyataan tersebut dikemukakan sambil menunjukkan bukti-bukti bahwasanya dalam Alquran terdapat banyak ayat yang memotivasi umat agar menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, tidak kurang dari 750 ayat yang menegaskan pentingnya penguasaan ilmu untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akherat.

Dari penelitian itu Tantawi kemudian menulis kitabnya yang kondang, yaitu Al-Jawahir fi Tafsir Alquran (Permata-permata Dalam Tafsir Alquran). Kitab tafsir ini terdiri dari 25 juz dan ditulis saat dia sudah berusia 60 tahun. Dalam pendahuluannya jelas disebutkan alasannya menulis kitab tadi yakni agar umat menyadari betapa pentingnya penguasaan ilmu bagi umat Islam seperti fisika, matematika, pertanian, ilmu falak, ilmu kedokteran, dan lain-lain.

Tantawi juga dikenal sebagai penulis yang produktif. Tidak kurang dari 30 buku hasil buah pemikirannya sudah dihasilkan dan mewarnai khazanah ilmu pengetahuan dunia. Di antara beberapa karya yang fenomenal adalah Alquran wa Ulum al-Asyriyyat (Alquran dan Ilmu-ilmu Modern), Mizan al-Jawahir fi Aja'ibi al Kawn al-Bahir (Timbangan Mutiara Keajaiban Alam Raya), Jamal al-Alam (Keindahan Alam), dan masih banyak lagi. yus/ensiklopedi islam

Tidak ada komentar: