Selasa, 14 Oktober 2008

Krugman dan Sisi Gelap Globalisasi

Krugman dan Sisi Gelap Globalisasi
Selasa, 14 Oktober 2008 | 01:04 WIB

Keberhasilan ekonom Amerika Serikat, Paul Krugman (55), menyabet Nobel Ekonomi tidak mengejutkan banyak orang. Sejak lama ia dijagokan oleh para koleganya sebagai calon favorit penerima penghargaan paling bergengsi itu.

Ekonom Princeton University yang juga kolumnis tetap di New York Times itu dinilai para juri berhasil memformulasikan teori baru mengenai dampak dari perdagangan bebas dan globalisasi, serta faktor-faktor yang menjadi penentu terjadinya urbanisasi global.

Teori ini menelanjangi sisi gelap lain globalisasi yang cenderung meningkatkan tekanan baru pada beban kehidupan di perkotaan, karena spesialisasi membuat manusia tersedot ke pusat-pusat perkotaan sebagai konsentrasinya.

Teori Krugman dianggap bisa menjelaskan bagaimana globalisasi cenderung menghasilkan konsentrasi, baik dalam hal barang apa yang diproduksi maupun lokasi barang tersebut dibuat. Hasil dari proses-proses ini mengakibatkan wilayah-wilayah menjadi terbagi ke dalam dua kontras, yakni wilayah inti di perkotaan sebagai konsentrasi teknologi tinggi dan wilayah peri-peri yang lebih terbelakang.

Isu semakin terkonsentrasinya pertumbuhan di wilayah perkotaan menjadi isu utama di mana-mana, terutama di negara berkembang. Teori Krugman menyimpang dari teori tradisional yang mengasumsikan perbedaan antarnegara sebagai dasar terjadinya spesialisasi dalam perdagangan. Perbedaan ini, menurut teori tradisional, memungkinkan suatu negara memperbaiki posisinya melalui komplementaritas.

Namun, teori Krugman membeberkan bagaimana dalam faktanya, perdagangan dunia didominasi hanya oleh segelintir negara, yang bukan saja memiliki kondisi serupa, tetapi juga memperdagangkan produk yang sama.

Teori Krugman dianggap mampu menggabungkan perdagangan internasional dan geografi ekonomi yang selama ini dianggap sebagai dua sub-disiplin ilmu yang terpisah.

Isu perdagangan bukan hal baru buat Krugman. Sebagai ekonom dan kolumnis, Krugman sudah menulis lusinan buku dan ratusan artikel mengenai perdagangan internasional dan juga keuangan global. Ia dianggap sebagai pencipta apa yang disebut ”ekonomi geografi baru”.

Lahir di Long Island, New York, Krugman meraih gelar PhD-nya dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) tahun 1977 dan mengajar di Yale, MIT, UC Berkeley, The London School of Economics, dan Stanford University, sebelum akhirnya ”hinggap” di Princeton University sejak tahun 2000.

Tahun 1991, ia menerima John Bates Clark Medal, sebuah penghargaan yang setiap dua tahun sekali diberikan oleh American Economic Association kepada ekonom berusia di bawah 40 tahun.

Kepada televisi Swedia sesaat setelah pengumuman kemenangannya, Krugman mengatakan, ”Sungguh kejutan. Saya berharap dua minggu dari sekarang saya bisa kembali menjadi orang yang sama seperti sebelumnya. Saya jenis orang yang sangat percaya pada kerja berkelanjutan. Saya harap (Nobel) ini tak banyak mengubah saya,” ujarnya.

Dengan memenangkan Nobel secara solo, Krugman kini bisa disejajarkan dengan ekonom sekelas Phelps, Mundell, Amartya Sen, Lucus, Becker, Coase, Allais, Solow, Buchanan, Modigliani, Debreu, Stigler, Tobin, Simon, Friedman, Leontief, Kuznets, dan Samuelson.

Kontroversial

Sebagai ekonom, Krugman selama ini dikenal sangat vokal mengkritik kebijakan penanganan krisis global pemerintahan George W Bush. Dia menentang keras paket bailout senilai 700 miliar dollar AS yang dirancang Menkeu Henry Paulson yang dinilainya tak lebih sebagai ”(judi) roulet finansial Rusia”, kendati ia mengakui penyelamatan diperlukan.

Krugman sendiri meyakini perekonomian global akan mengalami resesi berkepanjangan, namun kemungkinan akan bisa menghindarkan diri dari keambrukan. ”Ini mengerikan. Saya tak pernah berpikir akan menyaksikan kejadian seperti 1931 sepanjang hidup saya, tetapi dalam banyak hal krisis sekarang ini seperti itu,” ujarnya.

Kendati demikian, Krugman memuji langkah para pemimpin dunia untuk meredam krisis, terutama langkah penyelamatan keuangan yang diluncurkan Pemerintah Inggris melalui pembelian saham bank-bank bermasalah dan perluasan jaminan. Ia menganggap PM Gordon Brown telah menyelamatkan sistem finansial global.

Sebelumnya, dia menuduh pemerintahan Bush terlibat dalam permainan tipuan di Irak dan dalam ekonomi. Krugman juga skeptis terhadap kandidat Partai Republik, John McCain yang bersama Sarah Palin, jika berkuasa, menurut dia tak lebih hanya akan jadi kepanjangan tangan Bush-Cheney.

Di kalangan pengkritiknya, Krugman dikenal sebagai salah satu ekonom paling kontroversial AS yang berlidah tajam. Para pengkritik Krugman, seperti James Fallows, wartawan yang sering menjadi sasaran kecaman Krugman karena tulisannya banyak memengaruhi Pat Buchanan, melihatnya sebagai seorang pendendam.

”Dia bersikap seperti orang yang paling tahu semua,” kata mantan Menteri Perdagangan Jeffrey Garten. Majalah Newsweek tahun 1996 pernah menuliskan, kevokalan Krugman menjadi salah satu alasan mengapa Clinton tidak menawarinya posisi tertentu dalam pemerintahan.

Dia bahkan tak sungkan- sungkan menyebut nama. Seperti mantan Menteri Perburuhan Reich yang disebutnya sebagai ”tokoh ofensif, brilian, tetapi bukan pemikir serius”.

Pakar perdagangan Clyde Prestowitz digambarkannya tak lebih sebagai salesman minyak ular intelektual. Ekonom MIT dan pengarang buku best seller Head to Head: The Coming Battle Among America, Japan and Europe itu disebutnya sebagai penulis tolol yang tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri.

Sejumlah kalangan menduga sikap nyinyirnya lahir dari kekesalannya karena dia dikalahkan oleh Laura D’Andrea Tyson sebagai pimpinan Dewan Penasihat Ekonomi Clinton. Namun, Krugman membantahnya. ”Secara temperamen, saya sama sekali tak cocok untuk posisi tersebut. Anda harus memiliki keterampilan untuk baik pada orang, menggigit lidahmu sendiri saat orang mengatakan hal-hal yang konyol,” ujarnya.

Krugman sendiri mengaku sudah terbiasa dituding arogan. Sebagai kolumnis, ia sering menerima surat yang berbunyi seperti, ”artikelmu membuatku ingin muntah”, ”Stanford seharusnya memecatmu”. Atau ”Anda menghina elitis”. Kata-kata kasar bernada ancaman yang menyebutnya sebagai ”anak Yahudi” dan menyuruhnya jauh-jauh dari Washington juga sering diterimanya.

Tetapi, Krugman tidak semata menjual kebobrokan Amerika. Ia juga menjadi salah satu ekonom penting yang selalu mengingatkan AS akan ketersesatan kebijakan yang ditempuhnya, termasuk bahaya melebarnya kesenjangan pendapatan.

”Saya sangat cemas dengan apa yang terjadi dengan masyarakat kita,” ujarnya. Menurut dia, obat yang paling mujarab untuk ekonomi AS adalah memperbaiki dan memperkuat apa yang dihancurkan sendiri oleh Amerika selama ini, termasuk pelayanan kesehatan untuk anak-anak, pendidikan layak untuk anak-anak miskin. (TAT)

Tidak ada komentar: