Rabu, 01 Agustus 2007

Vieira, Mengabdi untuk Senyum di Irak

Vieira, Pelatih Kes IRAQ

ADI PRINANTYO

Sukses tim Irak merebut Piala Asia 2007 tak lepas dari tangan dingin Pelatih Jorvan Vieira. Keberhasilan ini terasa fenomenal karena penunjukan Vieira hanya kurang dari dua bulan sebelum kick off Piala Asia 7 Juli lalu. Sementara ia terhadang masalah dalam mengumpulkan pemain karena kondisi Irak yang sarat konflik.

Tengah hari pertengahan Juli 2007, Vieira bertutur tentang beberapa fenomena seputar apa yang dia alami sebagai pelatih Irak di lobi Hotel Sheraton Orchid, Bangkok, Thailand. Ini tempat tim Irak menginap selama penyisihan Grup A dan perempat final.

Ketika itu Irak sedang bersiap menghadapi Vietnam di delapan besar. Vietnam lalu ditundukkan 2-0, yang membuat Irak menghadapi Korea Selatan di semifinal. Tim Negeri Ginseng juga terhenti oleh Irak yang menang 4-3 lewat adu penalti. Irak mengukuhkan kejayaan mereka dengan kemenangan tipis 1-0 atas Arab Saudi.

"Jika Anda melatih tim Irak, berhasil menang di satu pertandingan, apalagi juara di satu turnamen, akan terasa sangat spesial. Ini karena Anda tahu bagaimana situasi di Irak," ujar Vieira yang sebelum menangani Irak melatih klub Al Taei, Arab Saudi.

Menurut Vieira, ada tanggung jawab ganda di pundak pelatih dan pemain Irak jika mereka sedang bertanding. Pasalnya, warga Irak sudah terbiasa dengan dentuman meriam, letusan senjata, dan ledakan bom yang kerap terjadi tiba-tiba. Keadaan itu membuat penduduk Negeri 1001 Malam itu selalu diliputi kemurungan, kejengkelan, dan kedukaan.

Tak heran, kemenangan tim sepak bola Irak menjadi hiburan khusus di sana. "Keadaan di Irak membuat warga sangat sulit menonton langsung tim mereka di negara sendiri. Saya sering mendengar cerita warga yang berduyun-duyun datang untuk menyaksikan laga di televisi bersama-sama. Mereka merayakan gol-gol serta kemenangan kami dengan antusias," ujar pelatih berusia 54 tahun itu.

Karena itu, selain harus bertanggung jawab untuk bermain sebaik mungkin di lapangan untuk meraih prestasi puncak, tim Irak juga punya beban untuk memberi secercah kebahagiaan bagi warganya.

"Di negara mana pun, kemenangan tim sepak bola pasti disambut bahagia. Tetapi, di Irak sangat berbeda karena dalam kehidupan sehari-hari, kebahagiaan itu sangat mahal," tutur pelatih asal Brasil ini.

Meski ada beban ganda, ia tetap meminta pemain tampil lepas, tak terpengaruh beban. Seperti diketahui, tim Irak menjadi runner-up Asian Games 2006 dan semifinalis Olimpiade Athena 2004. Dua prestasi yang jika terus disebut menimbulkan beban tambahan pada diri pemain Irak. Sebabnya, prestasi itu tak bisa diulang setiap waktu.

Menangani tim Arab

Vieira yang pernah studi kedokteran olahraga sempat bermain untuk klub elite Brasil, Vasco Da Gama, Botafogo, dan Portuguese. Setelah gantung sepatu, dia lalu berkarier menjadi pelatih, juga pada ketiga klub itu.

Kiprahnya melatih klub asing berawal tahun 1980 ketika ia membesut Qatar Sports Club untuk satu musim kompetisi. Ini sekaligus awal bagi dia melatih berbagai tim di Asia, terutama di jazirah Arab, Maroko, dan negara di Afrika yang juga anggota Liga Arab.

Seusai satu musim di Qatar, ia menghabiskan delapan tahun di Maroko. Vieira menangani beberapa klub, termasuk Forces Armees Royales Rabat, yang dibesutnya hingga juara Liga Maroko 1987 dan 1989 serta merebut Piala Maroko 1986. Vieira lalu ditunjuk menjadi asisten pelatih tim nasional Maroko pada Piala Dunia 1986 di Meksiko.

Bersama Pelatih Jose Faria, Vieira mengantarkan Maroko menjadi juara Grup F bersama Inggris, Polandia, dan Portugal. Langkah Maroko terhenti di putaran kedua setelah kalah 0-1 dari Jerman Barat yang saat itu menjadi runner-up. "Pengembaraannya" di Maroko pula yang membuat Vieira menjadi Muslim.

Karier kepelatihan Vieira berlanjut di Kuwait tahun 1999 sewaktu sukses memimpin Al Qadisiya merebut gelar juara Liga Kuwait. Setelah itu, Vieira menangani klub Ismaili (Mesir) dan tim U-20 (di bawah usia 20 tahun) Oman. Ia lalu didaulat melatih tim U-20 Malaysia sebelum kembali ke Oman, mengantar klub Al Nasr menyabet Piala Sultan Qaboos. Ia lantas hijrah ke Arab Saudi, melatih klub Al Taei, sebelum menangani Irak mulai 24 Mei 2007.

Begitu memegang kendali tim Irak, Vieira langsung memutuskan kota Amman di Jordania sebagai tempat pemusatan latihan bagi timnya mengingat kondisi keamanan di Irak yang tidak memungkinkan. Latihan di Amman ini hanya berlangsung tak lebih dari empat pekan karena pekan terakhir Juni mereka harus menghadapi uji coba di Seoul melawan Korea Selatan, sebelum laga pertama Piala Asia pada 7 Juli.

Pelatih Irak sebelum Vieira, Akram Salman, sempat menerima ancaman pembunuhan. Bagaimana perasaan Vieira terhadap teror yang mungkin dia terima?

Vieira menyatakan, ia punya misi pribadi, yakni membuat warga Irak yang terpaksa hidup dalam perang menjadi tersenyum. "Semoga misi saya tidak ditanggapi lain," katanya.

Jago strategi

Mutu kepelatihan Vieira teraktualisasi dengan keberhasilan mengantar Irak yang sebelumnya tak diunggulkan menjadi juara Piala Asia 2007. Satu yang pasti, ia jago strategi. Di penyisihan grup, misalnya, Irak sukses menundukkan Australia yang bertabur bintang dengan 3-1. Sebelumnya, Irak menahan tuan rumah Thailand yang bernafsu menang dengan skor 1-1.

Kesuksesan Irak meredam serangan Arab Saudi di laga puncak juga layak dicatat. Ini mengingat Arab Saudi merupakan tim paling produktif di Piala Asia dengan mencetak 12 gol, termasuk tiga gol ke gawang Jepang, salah satu tim yang bermain konsisten. Di final, serangan Arab Saudi digagalkan lewat marking ketat dan dibalas serangan balik cepat.

Toh, Vieira selalu merendah jika disinggung soal peluang Irak menjadi juara.

"Kami sekarang berada pada momen yang bagus. Untuk itu, kami berucap, ’Terima kasih Tuhan’. Kami coba untuk mempertahankan momen baik ini. Kami punya hak untuk bermimpi jadi juara, tetapi juga harus realistis," ujarnya saat disinggung kemungkinan Irak menjadi juara setelah dipastikan lolos ke semifinal seusai memukul Vietnam di perempat final di Bangkok.

Kemampuan lain Vieira, meningkatkan semangat bermain tim asuhannya, diakui sejumlah pemain Irak. Sebut misalnya kapten Younis Mahmoud yang sejak awal sudah berujar, "Vieira telah membuat tim Irak menjadi kuat."

Gelandang Nashat Akram menambahkan, "Tim Irak beda dengan tim di Piala Teluk, Januari lalu. Itu salah satunya karena Vieira."

Kemampuannya itu tak terlepas dari pribadi dia yang hangat, termasuk kepada wartawan yang ingin mewawancarainya.

Sukses Irak membuat tawaran bertubi-tubi datang kepadanya. Sudah ada dua tim nasional yang dikabarkan mendekati dia, yakni Korea Selatan dan Australia. Maklum, kontraknya dengan Irak selesai akhir Juli ini. Namun, Vieira belum memutuskan. Ia ingin berlibur dan menemui keluarganya di Maroko.

BIODATA
Nama: Jorvan Vieira
Lahir: Tahun 1953
Kewarganegaraan: Brasil
Pemain profesional:
1. Vasco Da Gama, Brasil
2. Botafogo, Brasil
3. Portuguese, Brasil
Pelatih profesional:
1. Vasco Da Gama
2. Botafogo
3. Portuguese
4. Qatar Sports Club, Qatar
5. Tim nasional U-20 (di bawah 20 tahun) Oman
6. Forces Armees Royales Rabat, Maroko
7. Wydad Athletic Club, Maroko
8. TAS Tihad Casablanca, Maroko
9. Ittihad de Tanger, Maroko
10. Asisten pelatih tim nasional Maroko pada Piala Dunia 1986 Meksiko
11. Al Qadisiya, Kuwait
12. Ismaili, Mesir
13. Tim nasional U-20 Oman
14. Tim nasional U-20 Malaysia
15. Al Nasr, Oman
16. Al Taei, Arab Saudi

Tidak ada komentar: