Rabu, 15 Agustus 2007

Ridlwan Nasir

Visi tentang Lembaga Penyelenggara Pemilu

Butuh Figur Bermoral agar Tak Nyeleweng
Ridlwan Nasir, rektor IAIN Sunan Ampel, terpilih menjadi ketua Tim Seleksi Anggota KPU (Komisi Pemilihan Umum) mendatang. Apa obsesinya tentang lembaga yang akan bertanggung jawab terhadap proses demokrasi di indonesia itu?



Komisi Pemilihan Umum (KPU) sekarang penuh masalah, menurut Anda?

Saya tidak bisa memberikan penilaian ataupun perbandingan. Yang jelas, kami akan bekerja lebih baik daripada sebelum-sebelumnya. Ini adalah tugas negara. Jadi, harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Objektif, transparan, dan tak terintervensi pihak-pihak lain. Sebab, kami menginginkan out put-nya nanti juga maksimal.

Saya tidak bisa menyoroti karena runtutannya itu nanti bisa panjang. Saya kira semua sudah tahu, siapa pun yang melanggar, urusannya dengan hukum. Apa pun yang terjadi, nanti hukum yang bekerja. Prinsip saya, bekerja lebih baik, nilailah dirimu sendiri sebelum menilai orang lain.


Figur yang Anda dan tim cari sebagai calon anggota KPU?

Pertama adalah mereka yang bermoral. Bagi saya, moral itu segala-galanya dalam ajaran Islam. Saya rasa, juga begitu dengan ajaran agama yang lain. Mereka yang agamanya stabil moralnya juga baik. Dengan demikian, apa pun yang terjadi, tidak akan nyeleweng. Harus adil dan jujur. Kedua, mereka yang memiliki kepribadian yang kuat dan tidak labil. Ini akan terlihat dari wawancara nanti. Ketiga, karena kami akan bekerja sebagai profesional, mereka harus memiliki profesionalitas. Bekerja sesuai dengan keahliannya. Makanya, kami mencari ahli, profesional, dan akademisi, serta yang penting 30 persen harus wanita.


Jadi, Anda akan memperketat parameter "moral"? Bagaimana Anda mengukur moralitas seseorang?

Seperti yang saya sebutkan tadi, jujur, adil, dan kepribadian yang kuat itu adalah persyaratan yang diamanatkan undang-undang. Tentu saja, kami akan menitikberatkan pada hal itu.

Kami akan melihat saat wawancara. Kami tanyai ibadah mereka, hubungan dengan sesama dan lingkungan. Kami akan mengukur melalui track record mereka, masukan dari masyarakat. Itu pun kami tak akan langsung percaya, harus cross check langsung. Bukti konkret harus ada.


Perlukah Anda melihat audit keuangan bakal calon?

Kalau mengenai itu, saya rasa di undang-undang tidak disebutkan. Tidak ada persyaratan demikian. Pengurusan audit itu kan lama sekali dan rumit. Apabila mempertimbangkan rentang waktu pendaftaran dan sebagainya yang singkat ini, sepertinya itu tidak mungkin.


Selama ini terdapat kesan tim seleksi cenderung membagi-bagi kursi ke kampus. Bagaimana pendapat Anda?

Saya tidak akan berbuat demikian. Tak akan ada bagi-bagi tempat ke perguruan tinggi (PT). Kalau memang ada yang lebih bagus, jujur, dan adil, kenapa tidak? Kami jamin tidak akan ada bagi-bagi ke kampus. Seperti saya bilang, akan ada unsur akademisi, profesional, dan masyarakat. Siapa pun yang ingin mendaftar, silakan asal S-1. Saya mengharapkan dan mengimbau semua yang merasa layak untuk mendaftar.


Tugas Anda tidak ringan, apa yang membuat Anda termotivasi menerima tugas itu?

Memang, ini bukan tugas yang ringan. Berat. Ini amanah. Tentu, sebagai abdi negara, saya harus siap apabila ditunjuk asal tidak ambisi. Saya tidak berambisi. Tapi, kalau ditunjuk, ya... bismillah. Rasul sendiri bilang, jangan meminta jabatan. Saya nggak minta, wong saya kaget waktu ditunjuk. Jabatan itu bisa jadi kenikmatan dan penderitaan. Apabila menjalankannya dengan jujur dan benar, kita akan mendapatkan kenikmatan. Tapi, apabila tidak jujur, dampaknya penderitaan. Pejabat itu bukan penguasa. Pejabat adalah pelayan masyarakat.


Pengalaman apa saja yang mungkin akan mendukung keberhasilan Anda dalam memimpin tim nanti?

Saya memulai semua dari bawah, pembantu dekan hingga rektor. Saya sudah biasa berhadapan dengan banyak orang. Saya juga pernah mengikuti Lemhanas pada 2002. Kami berdiskusi dengan banyak elemen. Saya orangnya selalu positive thinking. Saya optimistis dapat melakukan tugas dengan baik.


Apa kira-kira yang akan Anda tekankan kepada anggota KPU mendatang. Terutama becermin dari kinerja KPU sebelumnya yang masih juga ribut dengan urusan teknis.

Manajerial itu memang penting. Tentu, kami akan menekankan itu kepada 21 calon anggota yang kami pilih nanti (lantas, diberikan kepada presiden untuk disahkan, baru diberikan kepada DPR untuk fit and proper test, Red). Komitmen pribadi akan kami tanyakan. Mereka diharapkan bekerja sesuai dengan aturan dan bagian. Jangan sampai nanti menabrak rambu-rambu.


Berapa lama menyeleksi?

Jadwal 50 hari. Tapi, tidak mungkin kan terus-terusan begitu, ada liburnya. Jadi, kemungkinan akan lebih. Rencana sudah tentu sesuai dengan Undang-Undang No 22 Tahun 2007. Mulai membuka pendaftaran, penilaian administrasi, seleksi tertulis, hingga tanggapan masyarakat. Nanti seluruh pendaftar yang sudah melakukan tes tulis dan psikotes akan disaring menjadi 45 untuk diwawancarai. Pengumuman pendaftaran dapat dilihat di media cetak dan elektronik mulai Senin (18/6).

Saya dengan tim sudah menjadwalkan untuk bertemu sesering mungkin. Anggota yang berada di Jakarta akan stand by di sekretariat (Gedung Juang, Red). Agenda terdepan pada 9 Juli nanti, kami akan bertemu dengan eks pansus. Kami akan berdiskusi dan meminta masukan.


Diskusi dengan pihak lain? Misalnya, eks tim seleksi KPU lalu?

Sepertinya tidak ada. Sejauh ini belum ada jadwal. Dulu tim seleksi tiga orang saja, satu sudah almarhum. Melihat kondisi, sepertinya tidak mungkin. Lagi pula, dulu teknisnya berbeda. Mereka ditunjuk dan disuruh untuk mencari, kemudian dipilih tujuh. Sekarang semua lewat tes.


Setelah pertemuan pertama Selasa (12/6), apakah komunikasi sudah terbangun dengan bagus?

Cukup bagus! Walau ketua, sepertinya saya yang paling muda (terkekeh). Namun, kita sudah berkomitmen, menjaga kebersamaan dan kekompakan. Berjanji untuk menjaga independensi dan kejujuran di antara kita. Sebab, kalau salah satu komponen rusak, sistem akan oleng. Satu sama lain harus mendukung. Kami akan menjaga objektivitas. Jangan sampai kita menerima intervensi dari luar. Misalnya, ada tekanan dari calon yang ikut tes, lantas ada yang menghubungi bilang bahwa dari partai besar. Tak bisa itu.


Mengenai pembagian kerja?

Job description itu tetap ada. Misalnya sekretaris, maka akan bekerja sesuai dengan tugasnya. Tapi, akan tetap ada koordinasi. Setelah kami mengerjakan sesuatu atau rapat, kami akan membicarakannya. Anggota tim yang lain juga begitu. Yang jelas, untuk membuat pertanyaan bagi para pendaftar, misalnya tata negara, psikologi, atau agama, kami akan membahasa bersama.


Sejauh ini, apakah Anda sudah mendapatkan "intervensi", adakah yang menghubungi Anda dan mencoba melakukan pendekatan berkaitan dengan seleksi anggota KPU?

Tidak. Tidak ada yang menghubungi. Seandainya ada pun, kami nggak akan mau. Kami berusaha sesteril mungkin. Saya tahu, godaan itu banyak. Tapi, saya percaya, kalau ibadah kita istikamah, kita akan termonitor. (anita rachman)

Tidak ada komentar: