Ingin Ikhlas Berjihad untuk HAM
JAKARTA - Abdul Munir Mulkan akan menyandang profesi baru mulai akhir Agustus 2007. Pria kelahiran Jember, 13 November 1946, itu bakal menjadi anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) setelah ditetapkan tim seleksi Komisi III DPR sebagai komisioner Komnas HAM terpilih.
Menyandang amanat itu, Munir menyatakan tidak terlalu gamang. Guru besar Filsafat Pendidikan Islam UIN Sunan Kalijaga, Jogjakarta, itu telah melakukan persiapan mental. "Hanya satu kuncinya, yakni ikhlas," katanya kemarin. Artinya, ujar pria yang konsen pada studi Islam dan sosiokultural itu, dirinya akan mengoptimalkan seluruh kemampuan untuk menjalankan tugas tersebut.
Munir mengatakan telah memegang semangat berjihad untuk menjalani tugas itu. Bukan model jihad yang asal membabat setiap kasus dan persoalan yang ditangani. Tetapi, dia akan berusaha memahami secermat mungkin setiap keputusan sesuai dengan standar keadilan umat.
Setelah itu, lanjut mantan guru sekolah dasar (SD) di pinggiran Jogja tersebut, dirinya bakal memasrahkan hasil kinerjanya. "Kalau usaha sudah serius, tapi masih dinilai gagal, itu bukti bahwa anggota Komnas HAM juga manusia," ujar alumnus Fakultas Filsafat UGM itu.
Dia mengaku akan menjaga ritme kinerjanya untuk mencapai target yang telah diprioritaskan dalam peta besar capaian lima tahun ke depan. "Saya akan bekerja model sersan, artinya serius, tapi santai," katanya.
Munir ingin menjaga sinergisitas kekuatan dengan sepuluh komisioner Komnas HAM lain yang kebetulan sebagian besar belum dia kenal.
Bekerja sebagai penegak nilai-nilai HAM tentu akan sering bersinggungan dengan intimidasi dan teror dari sejumlah orang berkepentingan. Kendati demikian, dia sudah mengantisipasi itu dengan membesarkan hati.
"Berjuang seperti ini bukan soal berani atau tidak berani. Tapi, kalau kita jujur, insya Allah, musuh juga akan tertawa," ujarnya.(aku)
JAKARTA - Abdul Munir Mulkan akan menyandang profesi baru mulai akhir Agustus 2007. Pria kelahiran Jember, 13 November 1946, itu bakal menjadi anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) setelah ditetapkan tim seleksi Komisi III DPR sebagai komisioner Komnas HAM terpilih.
Menyandang amanat itu, Munir menyatakan tidak terlalu gamang. Guru besar Filsafat Pendidikan Islam UIN Sunan Kalijaga, Jogjakarta, itu telah melakukan persiapan mental. "Hanya satu kuncinya, yakni ikhlas," katanya kemarin. Artinya, ujar pria yang konsen pada studi Islam dan sosiokultural itu, dirinya akan mengoptimalkan seluruh kemampuan untuk menjalankan tugas tersebut.
Munir mengatakan telah memegang semangat berjihad untuk menjalani tugas itu. Bukan model jihad yang asal membabat setiap kasus dan persoalan yang ditangani. Tetapi, dia akan berusaha memahami secermat mungkin setiap keputusan sesuai dengan standar keadilan umat.
Setelah itu, lanjut mantan guru sekolah dasar (SD) di pinggiran Jogja tersebut, dirinya bakal memasrahkan hasil kinerjanya. "Kalau usaha sudah serius, tapi masih dinilai gagal, itu bukti bahwa anggota Komnas HAM juga manusia," ujar alumnus Fakultas Filsafat UGM itu.
Dia mengaku akan menjaga ritme kinerjanya untuk mencapai target yang telah diprioritaskan dalam peta besar capaian lima tahun ke depan. "Saya akan bekerja model sersan, artinya serius, tapi santai," katanya.
Munir ingin menjaga sinergisitas kekuatan dengan sepuluh komisioner Komnas HAM lain yang kebetulan sebagian besar belum dia kenal.
Bekerja sebagai penegak nilai-nilai HAM tentu akan sering bersinggungan dengan intimidasi dan teror dari sejumlah orang berkepentingan. Kendati demikian, dia sudah mengantisipasi itu dengan membesarkan hati.
"Berjuang seperti ini bukan soal berani atau tidak berani. Tapi, kalau kita jujur, insya Allah, musuh juga akan tertawa," ujarnya.(aku)
1 komentar:
Arus deras globalisasi
Bebas lepas tak terkendali
Seolah itu arti demokrasi
Bagaimanakah implementasi demokrasi yg tidak melanggar HAM ?
Tmksh Prof.
Posting Komentar