Terlepas dari sosok Jose Mourinho yang bicara ceplas-ceplos dan seenaknya, pelatih yang kini belum menentukan ke mana akan "berlabuh" itu, memberi suasana positif bagi kompetisi Liga Inggris, yang sebelumnya sangat kaku oleh gaya aristokrat khas pelatih Inggris.
Dengan pernyataan-pernyataan yang serba high profile, suami Matilde, yang dinikahi pada tahun 1989 itu memacu persaingan antarklub di Inggris menjadi lebih ketat. Tak hanya statement, polah tingkah Mourinho pun kerap membuat tim lain "panas." Sejumlah pengamat menilai, tutur dan gaya Mourinho adalah bagian dari strategi si pelatih untuk mengacau konsentrasi lawan.
Akhir Desember 2006, misalnya, gaya Mourinho dalam merayakan gol memicu rasa sebel pelatih lain. Sikap Mourinho yang sering merayakan lahirnya gol- gol Chelsea dengan berlutut di pinggir lapangan, atau berlari sekitar 20 meter memotong bangku pemain cadangan lawan, dianggap berlebihan dan arogan.
"Terkadang gaya demikian menjadi bagian dari luapan emosi dan persaingan panas di lapangan. Siapa saja bisa melakukan hal seperti itu. Hanya saja, saya berharap tidak pernah melakukannya," kata Pelatih Wigan Athletic Paul Jewell.
Toh, akhirnya Jewell maklum bahwa orang harus memahami Mourinho seperti apa adanya. Seperti halnya orang lain memahami bagaimana Mourinho pernah berujar, "Kami (Chelsea) mempunyai pemain-pemain top, dan—maaf jika saya arogan—kami juga punya pelatih top."
"Hobi" main tuding
Itu belum termasuk tudingan Mourinho terhadap sesama pelatih dan juga wasit, yang ia yakini menjalankan praktik tak terpuji. Meski itu juga sulit dibuktikan. Sebut saja saat ia menuding Pelatih Barcelona Frank Rijkaard melobi wasit Anders Frisk, saat turun minum laga pertama 16 besar Liga Champions antara Chelsea vs Barca, Februari 2005.
"Ketika saya melihat Rijkaard memasuki kamar ganti wasit, itu benar-benar sulit saya percaya. Tak heran Drogba kemudian (pada babak kedua) diusir dari lapangan. Saya jadi yakin, untuk partai di London, seharusnya yang bertugas adalah (Pierluigi) Collina, wasit terbaik di dunia. Wasit yang sempurna dalam kualitas profesional dan keteguhan pribadi," katanya.
Akibat pernyataan ini, Mourinho dilarang berada di bangku tim cadangan Chelsea dalam dua pertandingan dan dikenai denda 9.000 pound (Rp 166,6 juta) oleh UEFA, Badan Sepak Bola Eropa. UEFA menilai, dengan pernyataan itu, Mourinho merendahkan martabat sportivitas sepak bola.
Apa daya, Liga Inggris kini harus rela kehilangan pelatih bertangan dingin, yang suka melontarkan pernyataan high profile serta tingkah meledak-ledak dan emosional yang sama sekali di luar "pakem" budaya sepak bola Inggris.
Tak mengherankan, jika Pelatih MU Sir Alex Ferguson pun mengaku kehilangan. "Sumbangan Mourinho luar biasa pada sepak bola dan Chelsea, dan saya menikmati kompetisi dengannya," ujar Ferguson. (ADP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar