Rabu, 16 Juli 2008

Paskah Suzetta

Selasa, 03 Juni 2008
"Puasa Bicara" Ala Paskah
Adalah hak sumber berita tak bicara. Namun aliran dana BI, terindikasi mengalir ke hampir semua anggota Komisi IX DPR (1999-2004), langkah mengkonfirmasi menjadi penting sekali.

Saya ke Bappenas untuk mengkonfirmasi Paskah Suzetta, terkait bergulirnya Rp 31,5 miliar dana Bank Indonesia. Konfirmasi dibutuhkan karena Paskah - - kala dana digelontorkan BI bagi desiminasi dan kalangan anggota DPR - - menjabat sebagai Ketua Komisi IX DPR (sebelum akhirnya diangkat sebagai Kepala Bappenas, menggantikan Sri Mulyani yang “hijrah” menjadi Menteri Keuangan sejak 2005).
Begitu pintu dibuka, terlihat ruang tunggu bagi tamu yang ingin menemui Paskah. Tiga lelaki tampak duduk di ruang tunggu tersebut. Seorang berkacamata, bertubuh jangkung, dan bertampang klimis bertanya, “Cari siapa?”
Saya menunjukkan kartu identitas seraya menjelaskan ringkas keinginan mengkonfirmasi Paskah.

“Oh… silakan. Saya juga tamu di sini, ” ujar pria itu.
Seorang perempuan langsing berkacamata tampak duduk di meja dekat pintu masuk. Ia tampak menatap heran. Tetapi setelah memperlihatkan kartu identitas, perempuan - - yang ternyata sekretaris Ketua Bappenas - - menjelaskan dengan santun bahwa Paskah sedang rapat. Usai rapat, Paskah juga langsung bertolak ke Bandara Soekarno-Hatta mengikuti rombongan Presiden Yudhoyono.

Saya menjelaskan kepada sekretarisnya, Paskah sudah dihubungi via telepon genggamnya, tetapi ia tidak mengangkat. Mungkin karena rapat. Saya lantas mengirim sms dua kali ke Paskah.

Bunyi sms pertama: Slamat siang, Pak Paskah Suzetta. Sy didik dr tabloid Reportase investigasi mau konfirm soal UU BI. Sy di kantor Bapak. Kapan Bapak ada waktu wawancara? Tabik.

Bunyi sms kedua: Jika ada waktu Pak Paskah, 2-3 menit pun memadai. Tabik
Di ruang tunggu, lelaki klimis berkacamata tampak duduk. Melihat saya, ia mengangguk tersenyum. Ia mengisap sebatang rokok. Abunya ia buang begitu saja di rimbunan bunga plastik yang dipajang di meja kaca.

Kemudian ia mematikan api rokoknya ke rimbunan bunga plastik. Lantas ia memasuki ruang kerja Paskah. Dari cara berjalannya yang tegas dan mantap, tampaknya ia sudah terbiasa memasuki ruang kerja tersebut.

Saya mencoba keluar ruang menunggu di pelataran parkir. Lantas seorang lelaki bertubuh tambun; berkacamata, dan berkemeja putih tampak ke luar dengan langkah cepat dari gedung utama. Ia melambaikan tangan ke arah saya.
”Pak Didik? Dari Investigasi?”

“Ya,” saya mengiyakan.

“Saya Direktur Humas Bappenas,” ujarnya memperkenalkan diri. Kartu nama yang tergantung di dadanya memperlihatkan lelaki itu bernama “DR Maruhum”.
Saya lantas menjelaskan, ingin mengonfirmasi Paskah dalam kasus kucuran dana (gratifikasi) dari Bank Indonesia kepada Komisi Keuangan dan Perbankan DPR (Komisi IX) periode 1999-2004. Komisi inilah membahas amandemen UU BI dan penyelesaian masalah Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).

Kasus di atas telah membuat Antony Zeidra Abidin (mantan anggota DPRKomisi IX) dan Hamka Yandhu (anggota DPR kini di komisi XI) ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), setelah ditetapkan sebagai tersangka. Pada saat kejadian Antony dan Hamka masih menjadi anggota Komisi IX DPR. . Konfirmasi pada Paskah dibutuhkan karena ia adalah Ketua Komisi IX periode 1999-2004.

Saya menghubungi Ariady Achmad via telepon. Ia mantan anggota DPR yang kini menjadi staf khusus Paskah. Saya katakan pada Ariady, saya ingin mengonfirmasi Paskah. Saya minta bantuannya agar konfirmasi bisa dilakukan.
Pagi keesokan hari, sekitar pukul 07.00, saya kembali mengirim sms ke Paskah. Bunyinya:
Selamat pagi, Pak Paskah. Peliputan kami mengindikasi Bapak (sbg Ketua Komisi IX DPR) terima dana dr BI. Mhn konfirm Bapak utk cover both sides. Tabik
Petangnya saya menemui Paskah untuk cover both sides. Sekitar pukul 16.00, saya tiba di kantor Bappenas. Saya langsung melapor kepada dua satpam yang berjaga. Saya tunjukkan kartu pers pada keduanya. Mereka lantas mempersilahkan saya duduk di ruang tunggu.

Setiba di ruang tunggu saya lantas mengirim sms: Selamat sore, Pak Paskah. Mhn konfirm soal UU BI utk cover both sides. Sy sdh di kantor Bapak. Tabik (didik, tabloid reportase investigasi).

Lantaran sms tidak kunjung dijawab. Saya pun menelepon Paskah. Meskipun nada panggil terdengar, tetapi Paskah tidak juga mengangkat telepon. Saat itu di ruang tunggu ada lima tamu yang antri bertemu Paskah. Empat lelaki, satu perempuan.
Di ruang tunggu, lima tamu tadi masih terlihat sabar bertemu Paskah.

Dari yang perempuan, saya akhirnya mengetahui, mereka adalah anggota PWI.
Kedatangan mereka terkait Kongres PWI mendatang. Ketua PWI Tarman Azzam saat itu belum terlihat. Tetapi mereka menyatakan, Tarman berencana datang.
Beberapa menit kemudian, sekretaris Paskah, mempersilakan mereka masuk. Hampir setengah jam kemudian pintu ruang tunggu terbuka, Tarman nampak bergegas masuk. Ia pun membuka pintu menuju kantor Paskah.

Beda beberapa menit dengan kedatangan Tarman, muncul empat pengurus Lumbung Informasi Rakyat (Lira) dengan memakai kemeja seragam merah putih. Tak lama muncul pula, Ariady Achmad.

Jika Ariady langsung menuju ruang pertemuan maka empat pengurus Lira harus menunggu di ruang tunggu.
Mengingat padatnya kegiatan Paskah, saya kemudian menuliskan pertanyaan di selembar kertas yang kemudian saya berikan pada sekretaris Paskah. Saya berpesan agar pertanyaan itu diberikan kepada Paskah.

Isi pertanyaan itu:

Yth, Bapak Paskah Suzetta.
Mohon Bapak memberi konfirmasi dan verifikasi soal:
1. Aliran dana BI yang diberikan ke DPR; mengingat 2 anggota DPR Komisi IX (th 2004) telah ditahan, sedangkan Bapak, sesuai info yang akmi terima (saat itu) menjadi Ketua Komisi IX DPR, menangani perbankan.

2. Penukaran uang kecil yang menerima penunjukan langsung dari BI. Sesuai info, di Jabar yang mendapat “proyek” adalah perusahaan Bapak. Benarkah demikian? Mohon Konfirmasi Bapak. Tabik. Didik Pambudi. Reportase Investigasi. Manggala Wanabhakti, R 212 Wing B, Senayan.

Ketika rombongan PWI keluar dari ruangan Paskah, saya melihat Ariady turut mengantar ke luar.

Saya pun meminta Ariady menjelaskan pada Paskah bahwa saya sangat butuh konfirmasi langsung dari Paskah.
Satu atau dua menit, tidak jadi masalah. Tetapi Ariady menyatakan, Paskah tidak mau berbicara soal itu.
Saya katakan, saya harus menunggu Paskah hingga ia bersedia berbicara. Sepatah kata pun jadi.

Ketika Ariady kembali menemui Paskah bersama rombongan Lira, saya duduk sendiri di ruang tunggu. Para Pengurus Lira kemudian pulang. Maghrib tiba. Usai Maghrib, Deputi Ketua Bappenas kemudian masuk menemui Paskah.

Sekitar seperempat jam ia berada di dalam. Ketika akhirnya ia keluar, saya lega. Tamu terakhir Paskah adalah saya. Namun ia tetap tak kunjung menerima.
Di perjalanan pulang menuju sekretariat redaksi, saya teringat kisah Nabi Zulkifli yang puasa bicara ketika istrinya hamil; sebagai tanda syukur pada Tuhan. Apakah Paskah juga puasa bicara dan bersyukur kepada Tuhan?

Melalui Ariady Ahmad di kesempatan lain, menyampaikan bahwa Paskah menyangkal; dua pokok masalah, “Soal aliran dana BI, menyerahkan ke proses hukum, sedangkan penunjukan langsung perusahaan jasa penukaran uang kecil BI, untuk Jawa Barat, sama sekali tidak berkait kepada Paskah Suzetta.” •

Tidak ada komentar: