Rabu, 02 Juli 2008

Aragones Membuat Sepak Bola Indah


Gatot Widakdo

Pada usianya yang sudah hampir tiga perempat abad, Jose Luis Aragones Suarez justru membuat prestasi emas. Pada saat banyak pihak meragukan kemampuannya untuk membawa tim nasional Spanyol ke prestasi puncak, Aragones tetap menanggapi tenang gunjingan itu. Semua akhirnya berbalik memuji saat Spanyol juara Euro 2008.

Penantian rakyat Spanyol selama 44 tahun pun tertuntaskan. Rakyat Spanyol bersukacita menyambut juara Euro 2008. Pria-wanita, tua-muda, bahkan anak-anak larut dalam kegembiraan. Peristiwa ini tak akan pernah bisa dilupakan karena sejarah sepak bola kembali mencatat sukses. Ini merupakan sukses kedua Spanyol di ajang Euro. Sukses pertama mereka buat di tahun 1964 dengan mengalahkan Uni Soviet 2-1 pada partai final di Stadion Bernabeu, Madrid.

Aragones telah menjadi pahlawan sejati Spanyol. Saat merebut gelar Euro pertama, Aragones juga menjadi bagian dari tim tersebut, sebagai pemain. ”Sesaat setelah menang, saya langsung teringat pertandingan 1964 karena saya merupakan bagian dari tim di penyisihan. Kendati saya tidak main karena mereka ketika itu tidak menggunakan pemain cadangan. Saya merasakan hal itu seperti yang dirasakan pemain cadangan saat kami memenangi gelar pada hari ini,” kata Aragones.

Aragones menambahkan, kemenangan 1-0 atas Jerman di final Euro 2008, Senin (30/6) dini hari, merupakan awal kebangkitan para pemain muda berbakat Spanyol. Dia begitu yakin tim itu akan dapat menjuarai Piala Dunia 2010, turnamen yang belum pernah dimenangi Spanyol.

Di bawah kendalinya, Spanyol memang telah membuktikan diri sebagai tim terbaik. Spanyol merupakan satu-satunya tim yang tak terkalahkan di turnamen Euro 2008. Keperkasaan Spanyol sudah langsung terlihat pada awal babak penyisihan saat mengalahkan Rusia, 4-1, pada pertandingan pertama. Selanjutnya giliran Swedia yang dipukul 2-1. Meskipun sudah memastikan ke perempat final, Spanyol tetap memperlihatkan kualitasnya dengan mengalahkan juara bertahan Yunani, 2-1.

Walau meraih hasil sempurna, Spanyol tetap diragukan. Pasalnya, Spanyol sudah telanjur terkenal dengan julukan tim yang hanya jago pada babak penyisihan dan tersingkir pada babak hidup-mati. Apalagi, lawan yang dihadapi di perempat final adalah Italia yang datang ke Euro 2008 dengan gelar juara dunia. Di dalam negeri, Aragones juga dikecam karena keputusannya yang tidak membawa pemain kesayangan publik Spanyol, Raul Gonzalez.

Akan tetapi, nasib Aragones memang sedang baik. Spanyol lolos dari hadangan Italia lewat adu tendangan penalti. Mereka pun melaju ke semifinal untuk menghadapi Rusia yang sudah pernah mereka kalahkan di laga pertama. Sampai di sini, sebagian besar orang belum yakin Spanyol bisa lolos ke final. Rusia yang mereka hadapi adalah tim kuda hitam yang baru saja menjungkalkan tim favorit Belanda, 3-1, yang bermain trengginas pada babak penyisihan dengan mengalahkan Perancis dengan skor 4-1, Italia (3-0), dan Romania (2-0).

Kejutan memang terjadi. Spanyol bermain gemilang dengan menaklukkan Rusia, 3-0. Semua keraguan seakan sirna ketika pemain-pemain Spanyol memperlihatkan permainan sepak bola indah, yaitu permainan yang bebas mengalir. Rusia, yang bermain perkasa dengan mengalahkan Belanda, dibuat tak berdaya.

”Mereka yang mencintai sepak bola pasti ingin menyaksikan permainan seperti itu. Penonton ingin melihat pemain yang bisa mengumpan bola dengan baik, menyerbu ke daerah penalti, dan kemudian mencetak gol. Mereka pasti melihat Spanyol sebagai model bagaimana seharusnya bermain bola,” kata Aragones.

Menjelang final melawan Jerman, legenda sepak bola Jerman, Frans Beckenbauer, meramalkan Spanyol akan merepotkan tim Jerman, bahkan bisa mengalahkan mereka. Menurut Beckenbauer, Spanyol telah menunjukkan permainan terbaik dalam dekade terakhir.

Apa yang diramalkan Beckenbauer menjadi kenyataan. Spanyol mengalahkan Jerman, 1-0. ”Pada menit-menit pertama pertandingan, kami sempat khawatir karena Jerman mulai menguasai pertandingan, tetapi pada menit ke-15, ketika usaha kami menerpa tiang gawang, saya mulai yakin kalau kami bisa menang dan kami pun mulai tampil lebih baik,” katanya.

Dengan formasi 4-1-4-1, pasukan Aragones sanggup meladeni tekanan pemain Jerman. Empat pemain tengah Spanyol, yaitu Cesch Fabregas, Andres Iniesta, Xavi Hernandez, dan David Silva, tidak hanya mematikan aliran bola lawan, tetapi menyuplai umpan terobosan matang bagi striker Fernando Torres yang akhirnya mencetak gol kemenangan.

Lihai memotivasi

Selain piawai dalam membuat strategi, Aragones sangat lihai memotivasi pemain. Dia bekerja dengan cara membuat setiap orang yang berada dalam tim merasa penting. Itu sebabnya ketika salah seorang pemain absen, perannya bisa segera tergantikan.

”Saya juga selalu bilang kepada pemain bahwa tidak seorang pun yang akan mengingat juara kedua. Karena itu, ketika sudah sampai di final, pastikan bahwa kalian yang menang,” ujarnya.

Meskipun sukses, Aragones justru memilih meninggalkan tim nasional Spanyol dan memutuskan menangani klub Turki, Fenerbahce.

Kepergiannya sebagai bentuk kekecewaan terhadap Federasi Sepak Bola Spanyol yang tidak menawarinya perpanjangan kontrak.

Apa yang terjadi dengan Aragones memang ironis. Pelatih yang memasuki usia 70 tahun—merupakan pelatih tertua di Euro 2008—telah mengakhiri penantian Spanyol selama 44 tahun. Namun, kepergiannya akan dikenang dengan warisan sepak bola indahnya.

Tidak ada komentar: