Selasa, 08 April 2008

Keuletan Antar Nawi Hinggap di Jepang


Selasa, 8 April 2008 | 01:29 WIB

Buyung Wijaya Kusuma

Laox, sebuah toko elektronik bebas pajak di kawasan Akihabara, Tokyo, bisa jadi surga dunia bagi orang Indonesia yang suka berburu barang elektronik keluaran terkini. Namun, yang juga menarik perhatian karena salah satu manajernya berwajah melayu. Dia adalah Agus Nawi Rahmat Shagir, perantau asal Indonesia.

Nawi, panggilan akrab untuk laki-laki kelahiran Palopo, Sulawesi Selatan, itu tidak mudah untuk mencapai posisi jabatan tersebut di Jepang. Apalagi bagi orang asing di Jepang karena di negara sakura persaingan bagi karyawan lokal saja sudah sangat ketat.

Nawi sadar betul mengadu nasib di negeri orang, apalagi di Jepang, tidak bisa cuma dengan bermodalkan keberuntungan. Untuk itu, dia sadar harus belajar banyak dan bekerja keras, terutama dalam beradaptasi pada etos kerja orang negeri matahari terbit, yang bekerja tanpa henti.

Pada bulan-bulan pertama hidup di Jepang dia nyaris tidak tidur, hampir seluruh waktunya dihabiskan untuk kerja mencari uang untuk makan dan menutupi biaya kursus. Selain itu, selepas kerja harus ikut kursus bahasa dan budaya Jepang, bahkan terus belajar di rumah saat orang-orang sudah terlelap.

Saat berbincang di salah satu gerai Starbucks Coffee di kawasan UENO, Tokyo, Nawi bercerita mengenai impiannya untuk bekerja di Jepang sudah tumbuh sejak masih duduk di bangku SMP. Kala itu, orangtuanya yang baru pulang sekolah pertanian di Jepang menceritakan banyak hal yang menarik mengenai budaya negara tersebut.

Impian itu ternyata tertanam terus hingga menyelesaikan kuliah di Jurusan Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin, pada tahun 1992. Setelah menggondol ijazah S-1, Nawi justru terbang ke Cairo, Mesir, untuk memperdalam bahasa Arab.

Sepulang dari Cairo, dia tidak berniat kembali bekerja di Tanah Air. Apalagi dia menyadari waktu itu negara Indonesia masih mengalami krisis ekonomi sehingga berinisiatif untuk tidak menambah jumlah pengangguran.

Berbekal kemampuan bahasa Arab, dia kemudian mencari pekerjaan di Riyadh, Arab Saudi. Selama dua tahun dia menjadi karyawan di salah satu perusahaan suplier produk Unilever.

Meskipun sudah mapan di Arab Saudi, impian untuk ke Jepang belum sirna. Oleh karena itu, dia mengambil kursus-kursus singkat mengenai ilmu pemasaran. Ilmu tersebut sekaligus membantu pekerjaannya di Riyadh karena dipercayakan untuk memasok barang Unilever untuk daerah Riyadh.

Nawi kemudian balik ke Indonesia dan bekerja di pabrik tas sebagai eksportir, lalu pindah lagi ke perusahaan importir di Jakarta. Ketika di Indonesia, dia mengaku hanya sempat menjadi asistant manager export-import pada perusahaan tempat dia bekerja.

Kemudian pada awal Desember 2000, barulah ayah satu anak perempuan ini menginjakkan kaki di Tokyo, Jepang. Sebagai orang Indonesia yang baru datang di Jepang, Nawi harus memulai hidup seperti tenaga kerja Indonesia yang ijazah dan segala pengalaman kerja tidak dihargai karena tak memiliki kemampuan berbahasa Jepang.

Awalnya, dia harus kerja di restoran cepat saji untuk menutupi biaya sehari-hari karena waktu itu kemampuan berbahasa Jepangnya masih nol besar. Sambil bekerja, Nawi masuk kursus berbahasa Jepang dengan kelas intensif selama setahun dan sorenya tetap ambil part time.

”Waktu itu saya hanya kerja, dan sisa waktu lebih banyak digunakan untuk belajar bahasa Jepang. Tidak ada pilihan lain kalau mau mengubah nasib karena rencana untuk hidup di Jepang, prioritas pertama adalah harus bisa berbahasa Jepang,” ujar Nawi.

Tak ada istirahat

Saat-saat awal di Jepang, hampir tak ada waktu istirahat karena harus bekerja part time dan kursus bahasa Jepang. Sepulang kerja, kursus bahasa Jepang, setelah itu kerja lagi agar bisa menutupi biaya hidup dan kursus bahasa Jepang.

Setahun setelah kursus bahasa Jepang, ternyata tidak juga membuat jalan untuk menjadi karyawan perusahaan Jepang menjadi lapang. Kalaupun ada pekerjaan, masih menjadi karyawan paruh waktu yang tidak bergaji tetap.

Nawi kemudian memberanikan diri melamar pekerjaan pada perusahaan trading, Orion Co Ltd, Tokyo. Setelah diterima bekerja, dia masih merasa belum puas karena sulit berkembang di perusahaan tersebut.

Namun, Nawi sudah merasakan bagaimana menjadi orang kantoran. Pekerjaan makin banyak dan tanggung jawab terus bertambah. Ini membuat ia terlambat tiba di rumah, padahal besok paginya harus berangkat kerja lagi.

Dia kemudian menyadari hambatan yang dihadapi untuk berkembang karena kemahiran berbahasa Jepang yang diperoleh di bangku kursus masih sangat kurang. Oleh karena itu, dia kembali menjadi tenaga part time di Laox Co Ltd untuk memperlancar bahasa Jepang sebagai sales karena bisa langsung berkomunikasi langsung dengan pelanggan.

Keuletan Nawi bekerja di Laox Co Ltd selama satu tahun kemudian berbuah positif. Dia diangkat menjadi karyawan tetap pada bulan April 2004.

Menjadi karyawan tetap tidak membuat dia puas, Nawi tetap berusaha untuk berbuat yang terbaik. Kemudian setelah dua tahun lebih sebagai karyawan biasa di perusahaan ini, dia diberi tanggung jawab sebagai manajer pada bulan Agustus 2006 sampai sekarang.

Menyinggung soal peluang kerja untuk orang Indonesia di Jepang, Nawi mengatakan sebenarnya banyak, sama seperti di negara lain.

Menurut Nawi, kualitas SDM Indonesia tidak buruk, hanya saja kalau di Indonesia lingkungannya terbiasa santai.

Nawi bukan hanya mendapatkan posisi yang mapan dalam pekerjaannya di Jepang, tetapi juga menyunting gadis Jepang. Bahkan, saat ini, dia sudah memiliki buah hati dari perkawinannya itu. ”Hidup di tengah orang keluarga Jepang tidaklah susah karena budaya mereka dan budaya orang Indonesia tak jauh beda,” ujar Nawi.

Yang patut dicontoh dari kehidupan keluarga Jepang, katanya, adalah kepiawaian kaum ibu membuat perencanaan rumah tangga. Mereka selalu mempertahankan rencana sampai tujuan tercapai. Dalam dunia kerja dikenal team work sekaligus selalu tetap berusaha untuk mencapai target.

Meski memperoleh sukses di Jepang, Nawi mengaku tak pernah lupa kampung halaman. Selalu ada keinginan untuk pulang. Kapan? Ia tidak menjawab.

3 komentar:

egymassadiah mengatakan...

Resopa temmangingi na malomo naletei pammase dewata ... Bugis ulet

Unknown mengatakan...

SALAM KENAL SEMUA,…!!!
DEMI ALLAH INI CERITA YANG BENAR BENAR TERJADI(ASLI)BUKAN REKAYASA!!!

Saya Sangat BerTerima kasih Atas Bantuan Angka Ritual AKI…Angka AKI JAYABAYA Tembus 100%…Saya udah kemana-mana mencari angka yang mantap selalu gak ada hasilnya…sampai- sampai hutang malah menumpuk…tanpa sengaja seorang teman lagi cari nomer jitu di internet…Kok ketemu alamat AKI JAYABAYA..Saya coba beli Paket 2D ternyata Tembus…dan akhirnya saya pun membeli Paket 4D…Bagai di sambar Petir..Ternyata Angka Ritual Ghoib AKI JAYABAYA…Tembus 4D…Baru kali ini saya mendapat angka ritual yang benar-benar Mantap…Bagi saudara yang ingin merubah Nasib anda seperti saya…Anda Bisa CALL/SMS Di Nomer AKI JAYABAYA 082 333 390 858.(((Buktikan Aja Sendiri Saudara-Saudari)))

Jika anda serius berniat ingin mendapatkan bantuan spiritual dari aki berarti anda semestinya sudah yakin & siap untuk memenuhi syarat syarat & mahar yg sudah aki tentukan, harap maklum & mohon dimengerti.

{{=>KLIK DISINI CARA MENDAPAT ANGKA RITUAL GOIB AKI JAYABAYA 100% TEMBUS<=}}

…=>AKI JAYABAYA<=…
CALL/SMS : 082333390858


Anonim mengatakan...

Sehat2 pak, semoga Allah jaga Ki, sukses dunia dan akhirat