Selasa, 30 Oktober 2007

Cristina Fernandez, Sejak Muda Sudah "Gila" Politik


Budi Suwarna

Orang menjuluki Cristina Fernandez de Kirchner (54) sebagai Evita Peron baru Argentina. Maklum, banyak kesamaan antara Fernandez dan Evita—istri kedua mantan Presiden Argentina Juan Peron yang menyedot perhatian dunia lebih dari 50 tahun lalu. Keduanya adalah ibu negara yang pintar, ambisius, pandai berpidato, cantik, glamor, dan memiliki pengaruh atas suaminya.

Perbedaannya adalah Fernandez bisa menduduki jabatan presiden menggantikan suaminya, Nestor Kirchner, sedangkan Evita tidak.

Pada pemilu presiden yang digelar, Minggu (28/10), Fernandez mengalahkan dua pesaingnya, yakni Elisa Carrio (50) dan Roberto Lavagna, dalam satu putaran. Fernandez memperoleh 44 persen suara, Elisa 23 persen, dan Roberto 17 persen suara.

Dengan hasil itu, Fernandez mencatat sejarah sebagai perempuan Argentina pertama yang terpilih sebagai presiden. Sebelumnya, memang ada perempuan Argentina lain, yakni Isabel Peron—istri ketiga Presiden Juan Peron—yang menjadi presiden menggantikan Peron yang meninggal tahun 1974. Namun, ia menjadi presiden tanpa melalui pemilu.

Secara resmi, Fernandez akan mengambil alih jabatan itu dari suaminya, Kirchner, 10 Desember 2007. Saat itu, keduanya akan bertukar peran. Jika sebelumnya Fernandez menjadi ibu negara yang mendampingi Presiden Kirchner, mulai Desember giliran Kirchner yang menjadi "bapak negara" yang mendampingi Presiden Fernandez.

Kisah seperti ini jarang terjadi sehingga menarik perhatian banyak orang. Kisah ini menjadi lebih menarik lagi setelah media massa dan para analis memberi "bumbu penyedap" dengan mengatakan, kemenangan Fernandez ini merupakan awal terbentuknya dinasti baru penguasa Argentina sejak "dinasti Peron".

Kemenangan Fernandez juga semakin "seksi" sebagai sebuah cerita karena jauh sebelum pemilu, sosoknya sudah diasosiasikan dengan Evita—ikon politik yang pernah ada di Argentina. Gaya pidatonya yang menggebu-gebu, pengaruh Fernandez terhadap suaminya, kecerdasan, arogansi, cara berpakaian, hingga dandanannya dikaitkan dengan Evita.

Sampai-sampai sosok Fernandez seolah-olah tenggelam dalam sosok Evita.

Sepak terjang Fernandez dalam berpolitik seolah-olah menjadi bagian dari "dongeng" tentang Evita.

Hillary Amerika Latin

Di Barat, media massa juga seperti latah membandingkan Fernandez dengan mantan ibu negara Hillary Clinton. Mereka, bahkan, menyebut Fernandez sebagai Hillary-nya Amerika Latin.

Media pun menonjolkan persamaan di antara keduanya. Fernandez dan Hillary sama-sama ibu negara, sama-sama senator, sama-sama kawin dengan gubernur yang terpilih menjadi presiden, sama-sama ahli hukum, dan sama-sama berambisi menjadi presiden.

Bedanya, Fernandez telah berhasil menggapai ambisinya, sedangkan Hillary masih berjuang menjadi kandidat unggulan presiden AS dari Partai Demokrat.

Dengan kenyataan itu, media massa Argentina berkelakar. Bukan Fernandez yang diasosiasikan dengan Hillary, tetapi Hillary yang harusnya diasosiasikan dengan Fernandez. Hillary seharusnya disebut sebagai Fernandez-nya AS.

Bagaimanapun, pengasosiasian dengan Evita atau Hillary tampaknya lebih memberi keuntungan daripada kerugian bagi Fernandez. Setidaknya Fernandez yang sudah sangat populer di Argentina menjadi tambah populer. Orang di luar Argentina pun menjadi lebih mudah mengenal Fernandez.

Mantan aktivis

Fernandez lahir pada 19 Februari 1953 di La Plata. Ia kuliah di Sekolah Ilmu Hukum dan Sosial Universitas La Plata dan lulus sebagai sarjana hukum tahun 1970-an. Sejak kuliah ia tercatat sebagai aktivis kiri dalam gerakan Peronis. Ia cerdas dan menyukai debat politik. Ia menganggap politik sebagai hal paling berharga dalam hidupnya.

Fernandez memulai karier politik di fraksi Tendencia Revolucionaria dari Partai Justisialis pada tahun 1970-an. Tahun 1991, ia terpilih sebagai senator dan menjadi anggota parlemen nasional. Prestasi ini diulanginya tahun 2001.

Fernandez menikah dengan sesama mahasiswa hukum di Universitas La Plata, Kirchner, pada tahun 1976. Pernikahan ini tidak hanya menguatkan cinta mereka, tetapi juga memperkuat kemitraan mereka dalam berpolitik. Pasangan ini diketahui menabung uang untuk mendanai ambisi politik mereka. Keduanya juga saling bahu-membahu memperkuat posisi masing-masing.

Tengok saja, ketika menjadi Senator, Fernandez sangat aktif memperkuat posisi suaminya. Sebaliknya, Kirchner aktif mempromosikan kualitas istrinya.

Kemitraan pasangan itu membuahkan hasil manis pada tahun 2003. Dengan dukungan penuh Fernandez, Kirchner berhasil merebut kursi presiden. Setelah itu, Fernandez menjadi pendukung utama kebijakan suaminya.

Selama memerintah sebagai presiden, Kirchner berhasil memperbaiki perekonomian Argentina yang hancur pada tahun 2001.

Pemerintahannya berhasil meningkatkan pertumbuhan hampir 50 persen dan membayar seluruh utang Argentina sebesar 9,5 miliar dollar AS kepada IMF.

Ketika kampanye presiden, Fernandez mengingatkan pendukungnya bahwa ia memiliki andil dalam keberhasilan pemerintahan suaminya. "Kami telah mereposisi negara, memerangi kemiskinan dan pengangguran. Ini semua adalah tragedi yang menghantam Argentina," ujarnya seperti dikutip AFP, Senin.

Meski keberhasilan pemerintahan Kirchner menjadi tema kampanyenya, Fernandez tidak senang jika dirinya disebut memanfaatkan pamor suaminya atau siapa pun.

"Saya tidak ingin mewarisi apa pun dari Eva (Evita Peron) atau dari Kirchner. Semua yang saya peroleh adalah buah dari prestasi saya sendiri, begitu pula kekurangan saya (timbul karena saya sendiri)," ujarnya seperti dikutip kantor berita Reuters, Senin.

Tidak ada komentar: