Kamis, 31 Januari 2008

Samak, PM dengan Banyak Sisi



Samak Sundaravej
Rabu, 30 januari 2008 | 02:23 WIB

Budi Suwarna

Ada dua dapur yang akan diurus Samak Sundaravej dalam waktu dekat ini. Pertama, dapur acara masak-memasak yang ditayangkan televisi. Kedua, dapur pemerintahan Thailand.

Samak terpilih sebagai perdana menteri baru Thailand, Senin (28/1), dengan jumlah suara telak. Dia merebut 310 dari 480 suara di parlemen. Pesaing terdekatnya, Abhisit Vejjajiva, tokoh oposisi dari Partai Demokrat yang didukung militer, hanya meraih 163 suara.

Sebagai PM, Samak diharapkan bisa mengakhiri gonjang-ganjing politik yang mendera Thailand beberapa tahun terakhir ini, memulihkan demokrasi dan perekonomian pascakudeta militer. Namun, alih-alih memaparkan visi pemerintahannya ke depan, tokoh eksentrik ini lebih senang bicara mengenai rencananya untuk memulihkan acara masak-memasaknya di televisi, ”Tasting, Grumbling”.

Pernyataan pertamanya kepada wartawan setelah dia dipastikan terpilih adalah, ”Saya akan terus memasak!” Hal kecil seperti menjadi PM, lanjut Samak, tidak akan mengganggu hobinya memasak.

”Kami masih punya waktu tiga bulan untuk menyiapkan acara masak-memasak yang baru. Konstitusi tak melarang seorang perdana menteri membuat acara-acara televisi,” ujar Samak kepada wartawan di sebuah pasar di Bangkok, Senin, seperti dikutip Reuters.

Acara ”Tasting, Grumbling” yang diasuh Samak telah tayang di televisi selama tujuh tahun terakhir. Acara tersebut sangat digemari di Thailand, justru karena pengasuhnya tidak memasak sesuai selera kebanyakan orang. Jadi, setelah mencicipi masakan Samak, Anda boleh menggerutu. Namun, acara tersebut berhenti tayang setelah pemerintahan sementara bentukan militer mengambil alih stasiun televisi itu.

Banyak sisi

Samak memang tokoh yang unik dan eksentrik. Bisa dikatakan, banyak sisi menarik dari seorang Samak. Dia adalah juru masak, pembawa acara bincang-bincang di televisi, politisi, sekutu Thaksin, ketua partai, dan sekarang PM. Sosok ini kian menarik karena karakternya yang keras tetapi karismatik; suka bercanda dan berbicara blak-blakan berlidah tajam dan suka menyerang.

Ada satu peristiwa yang mungkin tidak akan dilupakan para wartawan Thailand. Suatu ketika, seorang wartawan menanyakan sebuah isu sensitif kepadanya. Samak dengan cuek menjawab, ”Apakah tadi malam kamu selingkuh?” Setelah itu, dia meninggalkan para wartawan yang hanya terdiam.

Samak lahir pada 13 Juni 1935 di Bangkok dari keluarga bangsawan. Dia menyelesaikan kuliahnya di bidang hukum dari Universitas Thammasat yang bergengsi. Dia mulai terjun ke dunia politik pada usia 30-an tahun dengan menjadi anggota Partai Demokrat tahun 1968.

Selanjutnya, Samak dekat dengan militer sehingga dia bisa menjadi ketua sebuah faksi sayap kanan. Tahun 1976 dia menjadi Wakil Menteri Dalam Negeri pada kabinet Seni Pramoj. Dia cepat menjadi tokoh terkenal setelah menahan sejumlah aktivis sayap kiri.

Tahun yang sama pada bulan Oktober, Samak ”naik pangkat” menjadi Mendagri pada pemerintahan Tanin Kraivixien yang antikomunis. Dia lalu melancarkan perburuan atas ratusan orang yang diduga anggota organisasi sayap kiri, termasuk para penulis dan intelektual. Ada di antara mereka yang dibunuh.

Sikap keras Samak tadi membuat dia kehilangan kepercayaan sebagai seorang demokrat. Samak lantas meninggalkan partai itu tahun 1976 dan membentuk Partai Prachakorn Thai tahun 1979. Tahun itu juga partai Samak mengalahkan Partai Demokrat di Bangkok dengan merebut 29 dari 39 kursi parlemen.

Tahun 1992, Prachakorn Thai memberi dukungan kepada pemerintahan militer Jenderal Suchinda Kraprayoon yang memimpin kudeta berdarah 1991 dan bersikap keras terhadap para aksi prodemokrasi. Sebagai imbalannya, Samak menduduki jabatan Wakil PM. Namun, jabatan itu tidak lama digenggam. Pemerintahan Suchinda runtuh setelah terjadi demonstrasi berdarah di Bangkok.

Meski pemerintahan Suchinda berakhir, Samak tetap mempertahankan karier politiknya. Tahun 2000 dia memenangi jabatan Gubernur Bangkok. Namun, popularitasnya turun karena dituduh korupsi.

Ketika Thaksin berkuasa, dia sempat menduduki jabatan Wakil PM. Di akhir kekuasaan Thaksin tahun 2006, Samak menjadi senator. Setelah itu, dia jatuh bersama dengan jatuhnya pemerintahan Thaksin.

Ketika itulah Samak ”mentransformasi diri” dari seorang pendukung militer menjadi lawan militer. Dari seorang yang anti aktivis prodemokrasi menjadi politisi yang berteriak menuntut militer mengembalikan demokrasi.

Untuk hal ini, dia sempat berkata, ”Prinsip-prinsip bisa berubah tergantung situasi. Dulu begitu, sekarang bisa begini.”

Samak dan sekutu Thaksin lantas mendirikan PPP. Partai itu menjual romantisme kekuasaan Thaksin yang memberikan kredit lunak, layanan kesehatan dan pendidikan murah kepada kaum miskin di desa-desa. Mereka berjanji akan membawa pulang Thaksin.

Jurus itu ampuh. PPP menang telak pada pemilu 23 Desember 2007. Samak dan sebagian gerbong kekuasaan Thaksin pun kembali berkuasa sekaligus menenggelamkan kekuatan militer yang mengudeta Thaksin.

Tidak ada komentar: