Nobel bagi Para Pencegah Bahaya Laten
Pieter P Gero
Mencegah merupakan tindakan yang jauh lebih baik daripada mengatasi. Peran ini yang lagi diemban Albert Arnold "Al" Gore dan Panel Antarpemerintahan PBB soal Perubahan Iklim atau IPCC. Gore dan IPCC terus giat meyakinkan dunia bahwa pemanasan global dan perubahan iklim adalah bahaya laten yang harus dicegah.
Tak bisa ditampik juga, mencegah jelas sebuah pekerjaan melelahkan lahir batin karena berkaitan erat dengan hal yang belum terjadi. Kejadiannya masih puluhan tahun lagi. Abstrak. Semakin kian samar-samar, bahkan gelap gulita ketika menjelaskan bahwa pemanasan global bisa menimbulkan perang, pertikaian.
Beruntung bagi Al Gore dan IPCC karena Komite Nobel di Oslo, Norwegia, menangkap pesan yang disampaikan mereka selama ini. Mantan Wakil Presiden AS di era pemerintahan Presiden Bill Clinton (tahun 1993-2001) ini, dan IPCC yang berisi 3.000 ilmuwan dari berbagai negara ini, hari Jumat (12/10) ditunjuk sebagai peraih Nobel Perdamaian 2007.
"Kami ingin menempatkan iklim dunia pada agenda yang berkaitan dengan perdamaian," ujar Ole Danbolt Mjoes, Ketua Komite Nobel, di balik alasan memilih Al Gore dan IPCC. Lebih bermakna lagi, pilihan ini guna mendorong adanya aksi simultan sekarang ini, sebelum perubahan iklim sudah tak mungkin lagi diatasi manusia.
Soal Al Gore, Komite Nobel mengatakan, "Dia mungkin satu-satunya individu yang berbuat lebih dalam mendorong pemahaman dunia yang lebih luas akan perlunya langkah-langkah pencegahan pemanasan global." Adapun IPCC dinilai berhasil menciptakan sebuah konsensus yang lebih luas menyangkut hubungan antara aktivitas manusia dan pemanasan global.
Penjelasan Komite Nobel ini untuk meminimalisasi pro dan kontra. Maklum, Nobel Perdamaian selalu dikaitkan dengan perang, perlucutan senjata, pengurangan atau penghapusan pasukan. Apalagi ada 181 calon lainnya yang bersaing. Juga ada pemahaman bahwa isu lingkungan tak pas untuk perdamaian. Sekali lagi, karena ini berkenaan dengan tindakan mencegah. Belum jelas hasilnya.
Academy Award
Al Gore, kelahiran Washington DC, 31 Maret 1948, baru muncul sembilan jam setelah dipastikan meraih Nobel Perdamaian 2007. Perlu menahan diri. Jangan sampai memunculkan kesan bahwa dia numpang populer dengan kampanye pemanasan global. Suatu yang bisa membalik keadaan, merugikan.
"Saya akan semakin giat bekerja mulai sekarang," ujar suami dari Mary Elizabeth "Tipper" Aitcheson ini. Mereka dikarunia tiga putri dan seorang putra. Nobel Perdamaian ini akan digunakan untuk mempercepat pemahaman akan perubahan iklim dan segera diambil langkah pencegahannya.
Al Gore yang kalah tipis dari George Walker Bush pada pemilu presiden tahun 1992 seperti memperoleh mesin pendorong baru dalam kampanyenya. Banyak pemimpin dunia memberi selamat dan siap mendukungnya. PBB juga sudah mengantisipasi dengan menggelar sebuah konferensi soal perubahan iklim di Bali, Desember nanti.
Sebelumnya, dia mendapat dorongan cukup berarti dari film dokumenter An Inconvenient Truth (tahun 2006) yang dibintanginya soal krisis iklim. Film ini meraih Academy Award 2007 sebagai film dokumentasi terbaik. Gore mencoba menjelaskan dampak buruk dari pemanasan global.
Semua ini setelah lebih dari 20 tahun dia tak kenal lelah memberikan ceramah soal pemanasan global. Kadang peserta ceramah tak lebih dari 10 orang. Al Gore juga di belakang konser Live Earth setiap bulan Juli soal penyelamatan bumi. Gore pun akrab dengan banyak artis, seperti Cameron Diaz, demi kampanye mencegah bumi ini menjadi nestapa.
"Ini peluang untuk meningkatkan kesadaran global menyangkut tantangan yang kita hadapi kini," ujar Gore mengutip laporan terakhir bahwa es di Kutub Utara akan mencair lebih cepat dari yang diduga. "Kecuali ada aksi pencegahan, seluruh es di Kutub Utara akan hilang kurang dari 23 tahun," ujarnya.
Pepatah Afrika
Gore yang murah senyum ini merasa beruntung meraih Nobel Perdamaian bersama IPCC. Berarti dia kini semakin kuat serta bisa semakin cepat dan jauh dalam menyerukan dilakukan langkah-langkah pencegahan. IPCC pimpinan Rajendra Pachauri, dengan sekitar 3.000 ilmuwan dari 130 negara, giat mengingatkan pemerintah soal perubahan iklim akibat ulah keliru manusia.
"Jika kita ingin cepat, lakukan sendiri. Tetapi jika ingin jauh, lakukan bersama," ujar Gore mengutip sebuah pepatah Afrika. "Kita bersama-sama harus jauh dan cepat. Berarti kita harus segera menemukan jalan untuk mengubah kesadaran dunia soal ancaman pasti yang ada, dan mengapa kita harus mengatasinya," tambahnya.
"Saya gembira dan tersanjung berbagi hadiah ini bersama Gore," ujar Pachauri di New Delhi, India. "Ini pengakuan sekaligus sebuah tanggung jawab baru di pundak kami," tegasnya. IPCC dibentuk tahun 1988 guna membantu pemerintah negara anggota PBB soal perubahan iklim.
Gelombang panas, banjir, dan kekeringan adalah ulah manusia. Bencana ini kian marak belakangan ini. "Kami masih harus berbuat banyak dan masih banyak jarak yang harus ditempuh," tegas Pachauri menyadarkan pemerintah dan penduduk dunia soal perubahan iklim yang berbahaya bagi kehidupan penghuni planet ini.
Menempatkan masalah lingkungan dalam agenda perdamaian jelas sebuah hubungan yang sepertinya perlu melewati beberapa titian. Ini yang mengundang pro dan kontra, apakah penghargaan Nobel yang sudah ada sejak tahun 1895 ini tidak keliru dalam menunjukkan Al Gore dan IPCC.
Akan tetapi, seperti dikatakan Martin Taylor dari Royal Society (Akademi Sains Inggris) ataupun Jeffrey Sachs dari Earth Institute Columbia University, New York, AS, perubahan iklim ataupun pemanasan global rentan sebagai pemicu pertikaian antarsuku, bangsa, dan negara. Kekeringan, gagal panen, ataupun banjir menimbulkan pengungsian. Ini erat dengan kualitas hidup manusia, kemiskinan.
Sachs yang pemerhati masalah kemiskinan menuturkan, wilayah Darfur, Sudan, menjadi ajang pertumpahan darah. Perubahan iklim dan peningkatan penduduk membuat ketersediaan air terbatas. "Kemiskinan dan kesulitan hidup rentan bentrokan," ujarnya.
Jadi jelas, penunjukan Al Gore dan IPCC peraih Nobel Perdamaian 2007 sudah tepat. Saatnya mendukung mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar